Media pemerintah Korea Utara merilis foto yang dijadikan bukti visual uji coba rudal balistik antarbenua Hwasong-15. Tetapi seorang pemerhati bintang mengatakan foto tersebut palsu atau merupakan hasil editing.
Kenapa justru ahli perbintangan yang menilai kepalsuan foto tersebut? Karena dia melihat latar belakang dua foto yang memiliki latar belakang bintang-bintang ternyata berbeda.
“Dua gambar diambil dalam beberapa detik peluncuran rudal dari sudut pandang yang sama harus menunjukkan latar belakang bintang yang sama. Tetapi ini tidak,” kata Marco Langbroek, pelacak satelit mata-mata dan ahli arkeologi Paleolitik mengatakan dalam sebuah posting blog 5 Desember 2017.
“Satu menunjukkan Orion, yang terletak di selatan-barat daya dan yang lain menunjukkan galaksi Andromeda yang berada di barat laut,” katanya.
More evidence of tampered #Hwasong15 imagery: two images, mirrors of each other (look at exhaust plume, lack of number on missile body 2nd image) so opposite viewpoints. Yet starfield in background both south-southeast, Orion and Canis major (but with Sirius missing!)@planet4589 pic.twitter.com/ZqfygbOwFa
— Dr Marco Langbroek (@Marco_Langbroek) December 5, 2017
“Kedua gambar dari sudut pandang yang sama menunjukkan area langit yang sangat berbeda secara dramatis,” ahli melanjutkan.
Tetapi Langbroek tidak menyebut bahwa uji coba itu berarti tidak terjadi. Tetapi dia menyimpulkan bahwa latar belakang itu ditambahkan ke foto dan tidak asli.
“Alasan yang paling mungkin adalah sederhana bahwa mereka melakukannya untuk estetika. Sebuah ICBM yang melesat dengan latar belakang bintang membuat gambar propaganda yang bagus. Mereka tampaknya tidak peduli untuk melakukannya dengan benar,” catatnya.
Dan ternyata negara lain juga melakukan hal semacam ini juga. Awal tahun ini Tentara Pembebasan Rakyat China menerbitkan poster yang menampilkan kapal-kapal besar dan jet tempur bertenaga tinggi untuk memperingati ulang tahun PLA yang ke-68.
Satu-satunya masalah adalah bahwa gambar tersebut menampilkan pesawat MiG-35 Rusia dan kapal amfibi buatan Amerika. PLA kemudian meminta maaf, menandai pertama kalinya Kementerian Pertahanan telah mengakui kesalahannya.