Sebuah dek penerbangan kapal induk adalah salah satu lingkungan kerja yang paling menggembirakan tetapi juga paling berbahaya dan juga paling keras di dunia.
Bagi yang tidak merasakan langsung dan melihat di video, proses pendaratan dan lepas landas pesawat dari kapal induk terlihat begitu biasa dan mudah. Padahal dua hal ini sangat rumit dan penuh dengan risiko. Dek mungkin terlihat seperti sebuah landasan pacu tanah biasa, tetapi bekerja dengan sangat berbeda, karena ukurannya lebih kecil.
LEPAS LANDAS
Kru harus bekerja dengan ekstra prosedur yang ketat. Salah sedikit bisa fatal akibatnya. Sebuah kecerobohan kecil bisa saja menyedot seorang kru di dek ke mesin jet tempur atau tertabrak pesawat.

Hal yang harus diketahui pesawat sangat terpengaruh dengan gerak udara ketika hendak terbang, saat terbang atau hendak mendarat. Untuk membuat lepas landas sedikit lebih mudah, operator bisa mendapatkan aliran udara tambahan atas dek penerbangan dengan mempercepat melalui laut, menyesuaikan arah angin, arah lepas landas dan sejenisnya. Udara ini bergerak di atas sayap menurunkan kecepatan lepas landas minimum pesawat.
Tetapi udara saja tidak cukup. Ketika hendak lepas landas, pesawat tetap menggunakan bantuan utama yang kerap disebut dengan catapults atau ketapel. Fungsi alat ini adalah mendorong pesawat pada kecepatan yang tepat untuk bisa terbang dari landasan super pendek.

Lepas landas menggunakan empat ketapel. Setiap ketapel terdiri dari dua piston yang duduk di dalam dua silinder parallel yang diposisikan di bawah dek. Setiap piston memiliki lug logam pada ujung mereka, yang menonjol melalui celah sempit di bagian atas setiap silinder. Dua lug disambung dengan flensa karet yang menyegel silinder, dan melalui celah di dek penerbangan, di mana mereka menempel pada pesawat.
Untuk mempersiapkan lepas landas, maka awak kabin bergerak pesawat ke posisi di belakang katapel dan menempelkan towbar di slot nose gear (roda depan) pesawat. Awak di posisi bar lain memasang penahan di antara bagian belakang kemudi dan pesawat (di F-14 dan F / A-18 rintangan yang dibangun ke dalam nose gear dan di pesawat lain di bagian terpisah

Proses ini akan dirangkai dengan jet blast deflector (JBD). Ketika JBD, towbar danrintangan semua dalam posisi, dan semua pemeriksaan akhir telah dilakukan, petugas katapel (juga dikenal sebagai “shooter”) menyatakan ketapel siap kepada pod kontrol ketapel.
Ketika pesawat siap untuk melesat, petugas katapel membuka katup untuk mengisi silinder ketapel dengan tekanan tinggi uap dari reaktor kapal. Uap ini memberikan kekuatan yang diperlukan untuk mendorong piston dengan kecepatan tinggi, melesatkan pesawat ke depan untuk menghasilkan dorongan yang diperlukan untuk lepas landas.
Awalnya, piston terkunci pada tempatnya, sehingga silinder penuh dengan tekanan. Petugas secara hati-hati memantau tingkat tekanan sehingga pada ukuran yang benar-benar tepat. Jika tekanan terlalu rendah, pesawat tidak bisa bergerak dengan kecepatan yang cukup. Tetapi jika terlalu tinggi pesawat justru bisameluncur tanpa arah dan terjungkal.

Ketika tekanan pada posisi tepat, pilot kemudian meledakan mesin pesawat. Tetapi tidak bisa melaju karena ditahan kawat penahan. Petugas kemudian melepaskan piston bersamaan dengan lepasnya penahan. Maka seketika pesawat melesat. Pada katapel terakhir kecepatan pesawat sudah mencapai 165 kilometer per jam hanya dalam dua detik!
Jika semuanya berjalan dengan baik, pesawat menghasilkan mendapatkan kecepatan cukup lepas landas. Jika tidak, pilot mengaktifkan kursi lontar mereka untuk melarikan diri sebelum pesawat jatuh ke laut. Kasus semacam ini jarang atau bahkan belum pernah terjadi tetapi risiko itu akans elalu ada.