Setelah hampir lima tahun, Ogden Air Logistics Complex menyelesaikan regenerasi pesawat F-16C Fighting Falcon yang dihibahkan ke Indonesia. Sebanyak enam pesawat terakhir segera dikirim.
Amerika sepakat untuk menghibahkan 24 F-16 varian Blok-25 C dan D ke Angkatan Udara Indonesia dengan biaya renovasi ditanggung Jakarta. Kesepakatan ini dicapai era pemerintahan SBY. Di Indonesia pesawat ini dikenal sebagai F-16 52id. Satu di antaranya terbakar pada 2015 lalu.
Pesawat yang sebelumnya diterbangkan oleh unit Angkatan Udara Amerika dan Air National Guard. Pesawat kemudian disimpan di Davis-Monthan AFB di Tucson, Arizona.
Sebagaimana dilaporkan pacaf.af.mil, Rabu 6 Desember 2017, enam jet terakhir akan berangkat dengan penerbangan lima hari dan akan memerlukan pengisian bahan bakar di udara dan dua pemberhentian semalam sebelum tiba di Indonesia.
Selain Ogden ALC dari Hill AFB, Kantor Program Sistem F-16, Defense Logistics Agency dan beberapa organisasi Departemen Pertahanan lainnya turut andil dalam keberhasilan program akuisisi ini.
TNI Angkatan Udara akan segera menerima F-16C/D Block 52ID. Sebenarnya apa beda pesawat ini dengan F-16A/B Block 10/15 OCU di Skuadron Udara 3? Secara fisik dan dimensi F-16 baru eks Angkatan Udara Penjaga Negara Amerika Serikat itu sama saja dengan yang sekarang ada. Sama persis.
Yang membuat beda adalah pesawat ini akan lebih gesit dan bertenaga. Hal ini karena mesinnya menggunakan Pratt & Whitney 220, lebih baik kinerjanya ketimbang PW 200 yang kini dipakai. Juga sistem operasi dan kendali komputer.
Peremajaan semua sistem di sekujur tubuh F-16C/D Block 52ID ini tengah dilakukan di Ogden Air Logistics Center, di Hill AFB, sementara mesin-mesin PW 220 ditingkatkan kinerjanya dan dikalibrasi ulang di fasilitas pabrik Pratt & Whitney di Old Kelly AFB, San Antonio, Texas.
Selama ini, Amerika Serikat memiliki lahan terbuka penyimpanan ribuan pesawat terbang tempur dari berbagai kelas, tipe, dan varian, di Davis Monthan AFB/309th AMARG (309th Aerospace Maintenance & Regeneration Group), Arizona.
Secara umum, ke-24 F-16C/D Block 25 itu menjalani program The Common Configuration Implementation Program (CCIP). Pesawat menjalani penguatan struktur sesuai program Falcon STAR (Structural Augmentation Roadmap), sehingga usia airframe-nya bertambah menjadi 10.000 jam terbang alias sekitar 10 tahun lagi.
Jika masa 10.000 jam terbang itu sudah habis, maka bisa diperpanjang lagi hingga 2.000 jam terbang lagi melalui Service Life Extension Program (SLEP). Jadi secara teoritis dan keseluruhan, masa dinas F-16C/D Block 52ID akan habis pada 2026 atau 12 tahun lagi. Peningkatan usia pakai mesin PW 220 juga akan begitu, setelah diganti semua komponen yang aus dan usang, maka usia pakai mesin bertambah 10.000 jam.
F-16 Fighting Falcon termasuk primadona bagi para teknisi pesawat tempur karena sangat mudah merawatnya. Cuma kurang dari satu jam diperlukan mereka untuk mencopot atau meloloskan mesinnya secara utuh dari selongsong atau ruang mesinnya; memasangnya lagi juga sama saja.
Selain struktur rangka airframe sudah diperkuat, kabel-kabel dan soket-soket yang sudah diganti sehingga cocok dengan instrumen avionic dan persenjataan baru, dan lain sebagainya.
Semua persenjataan yang dikeluarkan Amerika Serikat bisa diterapkan, di antaranya peluru kendali udara-ke-udara jarak pendek AIM-9 Sidewinder P-4/L/M dan IRIS-T (NATO) serta peluru kendali udara-ke-udara jarak sedang AIM-120 AMRAAM-C.
Juga bom dipandu laser, joint direct attack munition (bom berbasis GPS), peluru kendali AGM-65 Maverick, peluru kendali udara-ke-permukaan (laut) AGM-84 Harpoon, rudal AGM-88 HARM (anti radar), hingga kanon Vulcan 20 milimeter.
Sekalipun dilengkapi pengacak frekuensi lawan, F-16C/D Block 52ID ini juga dilengkapi pod navigasi dan sistem target untuk malam hari dan sistem SEAD (Supression of Enemy Air Defence), sistem yang sangat vital dalam supremasi di udara.
Satu hal yang krusial adalah pancaran frekuensi komunikasi dari pilot dan komando operasi, sehingga dia dilengkapi juga dengan Modem Data (yang) Ditingkatkan (Improved Data Modem).
Para pilot tempur dimungkinkan terbang mengandalkan komunikasi data, bukan suara lagi; komunikasi antar pilot, pusat kendali operasi, sistem radar di darat, udara, dan laut, memakai data saja.
Di balik itu semua, “otak” semua sistem itu adalah Mission Computer MMC- 7000A versi M-5 yang dipakai Block 52+. Dia tidak berdiri sendiri, karena terkait dengan Improved Data Modem Link 16 Block-52, Embedded GPS INS (EGI) Block-52 (gabungkan GPS dan Inertial Navigation System), AN/ALQ-213 Electronic Warfare Management System, dan ALR-69 Class IV Radar Warning Receiver.
Sistem pertahanan pasif didukung ALE-47 Countermeasures Dispenser Set untuk melepaskan chaff/flare pengecoh peluru kendali, sementara radar AN/APG-68 (V) ditingkatkan kinerjanya juga. Sistem pertahanan dini ini sangat krusial pada pertempuran cepat jarak pendek dan saling kejar di udara (dog fight). Siapa yang lebih cepat dan pandai memanfaatkan kelengahan lawan, dia yang menang.