Militer Amerika Serikat dilaporkan telah membuat rencana darurat untuk mengantisipasi kemungkinan buruk di tengah rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan mengakui Yerusalem sebagai Ibukota Israel dan memindahkan kantor Kedutaan Besar mereka dari Tel Aviv ke kota suci tersebut.
Amerika dilaporkan telah mengirim pasukan tambahan ke Timur Tengah terutama untuk menjaga kemungkinan serangan terhadap kedutaan besar mereka di kawasan tersebut.
Para pemimpin dunia, pakar, dan pengamat dunia semua sudah memperingatkan Trump bahwa keputusan tersebut akan membakar Timur Tengah dengan ketegangan yang semakin tinggi dan bahkan bisa memicu bencana. Tetapi Trump sepertinya tidak surut. Trump bahkan telah menghubungi pemimpin negara-negara Arab dan mengatakan akan memindahkan kedubes mereka ke Yerusalem. Secara simbolis hal ini berarti mengakui kota itu sebagai Ibukota Isral.
Pada 5 Desember 2017, Komando Pusat Amerika, yang bertanggung jawab atas kegiatan militer Amerika di seluruh Timur Tengah dan Asia Tengah – kecuali Israel, yang merupakan tanggung jawab Komando Eropa Amerika – mengatakan kepada Foreign Policy’s bahwa mereka telah membuat ” rencana darurat.
“Korps Marinir Amerika telah mengirim elemen Fleet Antiterrorism Security Teams atau Kompi FAST untuk memberikan keamanan tambahan di kedutaan besar Amerika di Timur Tengah.
Yerusalem telah menjadi isu sensitif di kawasan tersebut. Israel yang merebut wilayah itu dalam Perang Enam Hari mengklaim Yerusalem sebagai Ibukota mereka. Tetapi tidak ada satupun negara, termasuk Amerika, mengakui klaim tersebut.
Sedangkan Palestina yang sedang berjuang membangun negara sendiri juga akan menjadikan Yerusalem sebagai Ibukota mereka. Yerusalem menjadi kota suci bagi tiga agama yakni Islam, Yahudi dan Nasrani.
Sejak serangan yang terkenal di konsulat Amerika di Benghazi, Libya, pada 12 September 2012, Pentagon dan Departemen Luar Negeri telah menerapkan berbagai rencana kontingensi dan memperkuat kekuatan reaksi cepat yang ada di seluruh dunia.
Perencanaan kontingensi Komando Pusat Amerika kemungkinan merupakan bagian dari konsep operasi militer Amerika yang fokus pada potensi kerusuhan global yang meluas dan dikenal sebagai Operation New Normal. Rincian dari opreasi ini tetap dirahasiakan.