Unit pertahanan udara Suriah menembak jatuh tiga rudal Israel yang menargetkan sebuah pos militer di dekat ibukota Damaskus. Kantor berita negara Suriah SANA melaporkan pada Selasa 5 Desember 2017 penembakan ini terjadi hanya beberapa hari setelah negara Yahudi tersebut berhasil menyerang posisi militer di dekatnya,.
SANA tidak mengatakan apakah ada rudal yang lolos dan mencapai sasaran serta tidak juga menyebutkan tentang korban akibat serangan. Serangan tersebut terjadi sekitar tengah malam pada Selasa 4 Desember. Tidak ada komentar langsung Israel.
Serangan rudal Israel yang diduga terjadi tiga hari setelah Suriah mengatakan bahwa Israel menembakkan beberapa rudal permukaan ke darat di sebuah militer. pos di dekat Damaskus, menyebabkan kerusakan material tapi tidak ada korban jiwa.
“Unit pertahanan udara kami menghadapi agresi Israel dengan rudal di salah satu pos militer kami di pedesaan Damaskus dan menembak jatuh tiga dari mereka” tulis SANA.
Tidak jelas sistem rudal apa yang digunakan oleh Suriah untuk mengadang rudal Israel tersebut. Yang diketahui selama ini Suriah masih menggunakan sistem rudal pertahanan S-200 yang sudah cukup tua buatan Uni Soviet. Tetapi Rusia juga telah menempatkan sejumlah sistem pertahanan paling canggih mereka termasuk S-400.
Observatorium untuk Hak Asasi Manusia Suriah mengatakan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh jet tempur Israel di pinggiran Damri Jamraya, yang merupakan rumah bagi pusat penelitian pemerintah. Laporan media mengatakan serangan rudal pada 2 Desember di dekat pinggiran Damwa Damaskus menargetkan sebuah posisi militer Iran.
Observatorium menyebutkan daerah tersebut saat ini memiliki kehadiran Iran dan Hizbullah, namun mengatakan bahwa tidak jelas apakah mereka dijadikan sasaran.
Sementara itu sebuah ledakan merobek sebuah van di dekat kota pusat Homs, Suriah menewaskan sedikitnya delapan orang. ISIS mengklaim telah melakukan serangan di Akarma pada 5 Desember, sebuah kubu pemerintah di selatan kota tersebut.
ISIS mengatakan bahwa mereka menargetkan sebuah bus yang membawa tentara Suriah, namun Observatorium untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan bahwa mereka adalah warga sipil, termasuk enam perempuan.
Kantor berita negara SANA mengatakan delapan orang tewas dan 18 lainnya cedera. Homs, kota terbesar ketiga di Suriah, sering menjadi sasaran serangan bom. Kota ini dikenal sebagai “ibukota revolusi” setelah pemberontakan tahun 2011 melawan Presiden Bashar Assad, namun sekarang berada di bawah kendali pemerintah.