Senjata ini dapat memecat shell logam padat dengan kecepatan hingga 4.500 mil per jam atau 6 Mach untuk menghantam target sejauh 100 mil laut.
Senjata in juga mampu mengalahkan rudal balistik yang masuk dan melunakkan kendaraan lapis baja musuh yang paling kuat sekalipun. Siapa yang akan mampu lesatan setara dengan tembakan meteor?
Setelah lebih dari satu dekade penelitian dan pengembangan dengan menghabiskan biaya lebih dari US $ 500 juta atau hampir Rp7 triliun, prototipe senapan elektromagnetik Office of Naval Research akhirnya mampu melenturkan otot futuristiknya. Namun meriam railgun ini kemungkinan tidak akan pernah melihat pertempuran.
Task & Purpose melaporkan menurut wawancara dengan beberapa sumber kongres dan militer, supergun sangat banyak mendapat sorotan dari anggota parlemen dan perencana militer karena Strategic Capabilities Office (SCO) menyebutnya sebagai senjata super yang akan mengubah permainan perang.
Menteri Pertahanan era Barack Obama, Ashton Carter pernah mengatakannya, “kemampuan senjata ini mengubah permainan untuk mengacaukan musuh.”
Sayangnya senjata ini mungkin berakhir tanpa dana yang diperlukan untuk mendorong relung yang sangat kompleks menuju tonggak pengujian kritis. Hal ini karena tekanan anggaran yang meningkat dan pergeseran prioritas strategis.
Dalam beberapa tahun terakhir Pentagon mengembangkan sejumlah penelitian senjata energi diarahkan. Railgun elektromagnetik, telah dikembangkan sejak 2005 oleh Pentagon bersama dengan kontraktor pertahanan General Atomics dan BAE Systems yang juga mengembangkan hpervelocity projyectile (HVP), sebuah proyektil super untuk railgun.
Penelitian railgun elektromagnetik berkembang sejalan dengan peta jalan yang pernah membayangkan memasang senjata ini di Destroyer canggih seperti USS Zumwalt pada pertengahan 2020an.
Dalam beberapa tahun terakhir, SCO telah mengalihkan perhatiannya pada HVP yang pernah dikembangkan secara eksplisit untuk railgun dengan artileri konvensional karena menawarkan alternatif yang lebih murah dan kurang kompleks. Selain itu proyektil ini bisa digunakan tidak hanya oleh Angkatan Laut tetapi juga Angkatan Darat.
“SCO mengalihkan fokus proyek ini ke senjata bubuk konvensional, memfasilitasi transisi teknologi HVP yang lebih cepat ke warfighter,” kata juru bicara SCO Chris Sherwood kepada Task & Purpose.
Menurut beberapa sumber legislatif dan militer, dana yang tidak mencukupi untuk railgun akan menjadikan program in terhenti.
Sumber yang mengetahui masalah tersebut kepada Task & Purpose mengatakan dengan tidak ada biaya secara efektif akan membuat proyek supergun yang telah dirintis selama satu dekade mati pada tahun 2019.
“Orang-orang di SCO tidak ingin mendanai railgun karena mereka sama sekali tidak membelinya,” kata seorang pejabat senior legislatif yang mengetahui langsung proyek tersebut kepada Task & Purpose.