Desteroyer Kelas Zumwalt kedua, USS Michael Monsoor (DDG 1001) meninggalkan galangan kapal General Dynamics-Bath Iron Works (GD BIW) di Bath, Maine, Selasa 5 Desember 2017 untuk memulai uji laut laut pertamanya.
Kelas Zumwalt adalah destroyer terbesar yang dimiliki Angkatan Laut Amerika. Uji coba awal ini akan membantu memeriksa sistem dasar onboard.
Kelas Zumwalt mewakili generasi berikutnya dari kombatan permukaan multi misi dan akan memungkinkan akses di laut terbuka, pantai dan darat. Angkatan Laut Amerika telah memutuskan untuk membeli tiga destroyer kelas Zumwalt.
Kapal membawa sejumlah teknologi baru yang memberikan kemampuan baru serta akan menjadi batu loncatan untuk digabungkan kapal masa depan. Kapal pertama kelas ini yakni USS Zumwlat (DDG 1000) telah beroperasi. Salah satu yang diandalkan adalah Sistem Tenaga Terintegrasi yang inovatif dan dapat memberikan kekuatan besar pada propulsi, layanan kapal, dan sistem tempur.
DDG 1001 mulai dibangun pada bulan Mei 2013. Kapal tersebut dinamai dengan Petty Officer Second Class Michael Monsoor, seorang Navy SEAL AS yang tewas di Ramadi, Irak, pada tahun 2006. Monsoor yang besama tim gabungan SEAL-tentara Irak sedang berada di sebuah atap ketika seorang pemberontak melempar granat ke arah mereka.
Monsoor melompat ke granat, menutupinya dan menyelamatkan tiga rekan SEAL dan delapan tentara Angkatan Darat Irak. Monsoor menerima Medali Kehormatan dari Presiden George W. Bush pada tanggal 8 April 2008. Dia juga dianugerahi Bintang Perunggu dan Bintang Perak untuk pengabdiannya di Irak.
Kapal pertama kelas USS Zumwalt (DDG 1000) masuk layanan pada 15 Oktober 2017, di North Locust Point di Baltimore. Sementara kapal ketiga atau terakhir USS Lyndon B. Johnson (DDG 1002) mulai dibangun pada Januari 2017.
Raytheon menyediakan kemampuan sistem tempur multi misi yang terintegrasi untuk program ini. Sedangkan kapal dibangun oleh galangan kapal General Dynamics-Bath Iron Works.
Kapal memiliki dua sistem senjata canggih yang awalnya dirancang untuk menembakkan proyektil jarak jauh yang mencapai hingga 63 mil laut, memiliki akurasi tinggi dan volume tinggi serta dukungan tembakan darat terus-menerus, bersamaan dengan peningkatan lima kali lipat pada kemampuan serangan ke permukaan laut. Angkatan Laut Amerika masih mencari amunisi 155mm baru untuk Advanced Gun System (AGS) yang dibangun BAE Systems.
DDG 1000 menggunakan sensor aktif dan pasif dan radar multi fungsi yang mampu melakukan pengawasan udara hingga daratan.
Baca juga: