Pesawat-pesawat tempur dari koalisi internasional pimpinan Arab Saudi kembali membombardir tempat persembunyian kelompok bersenjata Houthi di Sanaa pada Minggu 3 Desember 2017 dini hari.
Serangan tersebut ditujukan untuk membantu pergerakan pendukung mantan presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, yang tengah bertempur dengan kelompok yang berafiliasi dengan Iran, Houthi. Padahal Saleh dan Houthi sebelumnya adalah sekutu.
Pada Sabtu, Saleh mengatakan bahwa dia siap membuka “lembaran baru” dengan bergabung bersama koalisi Arab Saudi dalam perang di Yaman, jika koalisi internasional itu berhenti menyerang warga sipil Yaman.
Keputusan Saleh tersebut berpotensi menentukan akhir perang yang sudah berlangsung selama tiga tahun.
Perubahan sikap tersebut terjadi setelah para pendukung Saleh bertempur dengan gerilyawan Houthi di Hadda, sebuah distrik di kawasan selatan ibu kota, di mana banyak anggota keluarga Saleh tinggal. Menurut kelompok Kongres Rakyat Umum yang diketuai Saleh, pertempuran empat hari di Hadda itu merupakan upaya memperebutkan masjid utama di Sanaa.
Pertempuran itu menewaskan puluhan orang dan melukai ratusan lainnya, demikian kterangan Komite Internasional Palang Merang, dan memunculkan kekhawatiran munculnya korban berikutnya dari kalangan sipil.
Aksi tersebut juga memunculkan lapisan baru dalam situasi yang sudah kompleks di Yaman, salah satu negara termiskin di Timur Tengah, yang kini menjadi arena perang proxy antara Iran dengan Arab Saudi sehingga menyebabkan krisis kemanusian terbesar dalam beberapa waktu terakhir.
Keputusan Saleh kemudian disambut baik oleh koalisi Saudi, yang kesulitan mendapatkan langkah maju dalam perang melawan aliansi Houthi dan Saleh yang menguasai sebagian besar kawasan utara Yaman sejak 2015 dan memaksa Presiden Abdurrabbu Mansour Hadi melarikan diri ke luar negeri.
Televisi milik pemerintahan di Riyadh, Al Arabiya, mengatakan bahwa pesawat koalisi membombardir basis Houthi di kawasan selatan Sanaa. Namun media tersebut tidak menerangkan jumlah korban.
Sejumlah warga setempat mengatakan sedikitnya lima serangan udara mengguncang wilayah daratan tinggi tersebut.
Di dalam kota, para warga mengatakan bahwa gerilyawan Houthi berhasil menguasai studio stasiun televisi Yaman Today, yang dimiliki oleh Saleh, setelah melalui pertempuran yang merusak gedung studio itu. Dikabarkan 20 pegawai Yaman Today masih terjebak di dalam bangunan.

Sebelumnya Saleh mengungkapkan keputusannya bergabung dengan koalisi Arab Saudi dalam siaran televisi di studio tersebut.
Yaman mengalami mulai mengalami perang saudara yang berkembang menjadi perang “proxy” pada akhir 2014, saat Houthi bergerak ke Sanaa dan menguasai pemerintahan.
Kelompok, yang saat itu masih didukung oleh para tentara loyalis mantan presiden Saleh, kemudian bergerak ke selatan dan menyerang ibu kota sementara Aden, dan memaksa presiden Hadi melarikan diri kemudian meminta bantuan dari Arab Saudi.
Perang di Yaman telah menewaskan lebih dari 10.000 orang sejak 2015, dan memaksa lebih dari dua juta warga mengungsi menginggalkan rumah. Perang itu juga menyebabkan wabah kolera yang menginfeksi hampir satu juta warga.