Generasi Ketiga: Berat, Cepat, Canggih dan Ceroboh
Pada tahun 1960an, menjadi semakin jelas bahwa hari-hari pembom strategis yang terbang tinggi semakin membahayakan karena memiliki rudal udara ke darat jarak jauh. Oleh karena itu, permintaan untuk pencegat khusus juga berkurang, meskipun Soviet terus membangun pencegat Su-15 dan Tu-128 untuk menjaga perbatasan mereka yang luas.
Sebagai gantinya, perancang memusatkan perhatian pada jet baru yang kuat yang dapat melakukan semuanya dengan memanfaatkan sistem komputer analog awal, teknologi pengisian bahan bakar di udara dan rudal udara-ke-udara yang lebih baik.
F-4 Phantom yang sangat besar melambangkan paradigma baru ini. Menggunakan dua mesin turbojet kembar J79 pesawat mampu melesat dengan kecepatan maksimal 2,25 kali kecepatan suara atau sekitar 1.473 mil per jam. Pesawat bisa membawa lebih dari delapan 18.000 pon bom, dan mencapai jarak lebih jauh dengan kemampuan pengisian bahan bakar di siang hari. Radarnya memungkinkannya untuk menyerang jet musuh dari jarak 22 mil dengan rudal AIM-7E Sparrow.

Phantom dan pesawat sezamannya juga bisa menggunakan senjata serangan darat presisi dipandu tahap awal.
Namun, meski Phantom bisa melaju dengan sangat cepat, dia tidak terlalu bermanuver – dan peluru kendali yang diandalkan ternyata tidak efektif dalam pertempuran udara di Vietnam. Phantom awalnya berjuang untuk mempertahankan rasio pembunuhan yang menguntungkan melawan MiG-17 yang tangkas dan MiG-21.
Uni Soviet membangun pesawat yang lebih cepat dan lebih berat yakni MiG-25 Foxbat, yang bisa terbang pada kecepatan 3 mach. Tapi meski kecepatannya membutakan, Foxbat bahkan lebih payah daripada Phantom dan tampil tanpa tujuan dalam pertarungan di Timur Tengah.