Radio Kementerian Dalam Negeri Yaman yang dikontrol Houthi melaporkan pada Senin 4 Desember 2017 bahwa pemberontak Yaman telah membunuh mantan presiden Ali Abdullah Saleh dalam pertempuram, namun belum ada konfirmasi independen atas kematiannya.
Laporan tersebut menambahkan bahwa stasiun TV resmi Houthi akan segera menyiarkan rekaman mayatnya. Sementara pengguna media sosial di Yaman menyebarkan gambar mayat tidak terverifikasi yang mirip dengan mantan presiden tersebut.
Pihak Saleh kepada Reuters membantah bahwa pemimpin mereka telah terbunuh dan mengatakan bahwa dia terus memimpin pertempuran mereka melawan Huthi di ibukota Sanaa.
Keberadaan tokoh ini tidak diketahui dan dia tidak tampil di depan umum sejak laporan kematiannya muncul.
Ali Abdullah Saleh sebelumnya merupakan sekutu Houthi dan berbalik arah bergabung dengan koalisi pimpinan Arab.
Pada Sabtu, Saleh mengatakan bahwa dia siap membuka “lembaran baru” dengan bergabung bersama koalisi Arab Saudi dalam perang di Yaman, jika koalisi internasional itu berhenti menyerang warga sipil Yaman.
Keputusan Saleh tersebut berpotensi menentukan akhir perang yang sudah berlangsung selama tiga tahun.
Perubahan sikap tersebut terjadi setelah para pendukung Saleh bertempur dengan gerilyawan Houthi di Hadda, sebuah distrik di kawasan selatan ibu kota, di mana banyak anggota keluarga Saleh tinggal. Menurut kelompok Kongres Rakyat Umum yang diketuai Saleh, pertempuran empat hari di Hadda itu merupakan upaya memperebutkan masjid utama di Sanaa.
Pertempuran itu menewaskan puluhan orang dan melukai ratusan lainnya, demikian kterangan Komite Internasional Palang Merang, dan memunculkan kekhawatiran munculnya korban berikutnya dari kalangan sipil.
Aksi tersebut juga memunculkan lapisan baru dalam situasi yang sudah kompleks di Yaman, salah satu negara termiskin di Timur Tengah, yang kini menjadi arena perang proxy antara Iran dengan Arab Saudi sehingga menyebabkan krisis kemanusian terbesar dalam beberapa waktu terakhir.
Keputusan Saleh kemudian disambut baik oleh koalisi Saudi, yang kesulitan mendapatkan langkah maju dalam perang melawan aliansi Houthi dan Saleh yang menguasai sebagian besar kawasan utara Yaman sejak 2015 dan memaksa Presiden Abdurrabbu Mansour Hadi melarikan diri ke luar negeri.