Angkatan Udara Amerika Serikat telah memberikan kontrak senilai hampir US$ 60 juta atau sekitar Rp812 miliar kepada Raytheon Co. untuk mengintegrasikan bom cerdas dipandu laser – GBU-49 Enhanced Paveway II ke F-35A Joint Strike Fighter.
Angkatan Udara Amerika dalam rilisnya Jumat 1 Desember 2017 menyebutkan kontrak tersebut mencakup 1.200 kit panduan untuk munisi – yang dirancang untuk mencapai target yang bergerak – serta menguji perangkat keras, logistik dan dukungan teknik dan data teknis.
“F-35 beroperasi dan siap tempur, dan mengintegrasikan GBU-49 dengan pesawat membuat F-35 lebih mematikan daripada sebelumnya,” kata Brigjen Todd Canterbury, Direktur Kantor Integrasi F-35 Angkatan Udara dalam rilis tersebut.
Paveway II yang dibangun Raytheon akan memungkinkan F-35 untuk menyerang target yang bergerak saat terintegrasi dengan perangkat lunak pesawat Blok 3F, yang dijadwalkan akan digabungkan ke dalam pesawat pada tahun 2018.
Perangkat lunak ini akan memungkinkan pesawat untuk secara efektif mencari, mendeteksi, melacak, dan menyerang beberapa target permukaan tetap dan bergerak dalam cuaca buruk.
GBU-49 disebut akan mengisi celah kemampuan di Joint Strike Fighter sampai joint direct attack munitions (JDAMS) dipandu GPS dan Small Diamters Bomb II yang dibimbing secara laser dapat diintegrasikan dengan perangkat lunak masa depan.
Uji coba penerbangan GBU-49 dengan F-35A dijadwalkan dimulai bulan ini. Angkatan Udara akan menerima 400 kit awal pada akhir Januari.
“Penghargaan kontrak ini mewakili kerja sama yang hebat pemerintah dan perusahaan industri,” kata Brigjen Anthony Genatempo, perwira eksekutif program senjata Angkatan Udara Amerika sebagaimana dilaporkan Military.Com.