Pemerintah Rusia menerbitkan rancangan kesepakatan antara Rusia dan Mesir yang memungkinkan kedua negara menggunakan ruang udara dan pangkalan udara untuk pesawat militer mereka.
Draft kesepakatan tersebut ditetapkan dalam sebuah keputusan yang ditandatangani oleh Perdana Menteri Dmitry Medvedev pada 28 November 2017. Draft tersebut yang memerintahkan Kementerian Pertahanan Rusia untuk mengadakan perundingan dengan pejabat Mesir dan untuk menandatangani dokumen tersebut setelah kedua belah pihak mencapai sebuah kesepakatan.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengunjungi Kairo untuk melakukan pembicaraan dengan pemimpin politik dan militer Mesir pada Rabu.
Rusia meluncurkan sebuah operasi militer untuk mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad pada bulan September 2015 dan ada tanda-tanda bahwa pihaknya ingin memperluas kehadiran militernya di wilayah tersebut.
Pengaruh Rusia yang semakin dalam di Mesir jelas akan mengganggu posisi Amerika. Selama ini Amerika telah berjuang untuk menancapkan pengaruh di negeri tersebut dengan memberi berbagai bantuan militer. Selain itu, posisi Mesir yang dekat dengan Israel juga akan membawa pengaruh tersendiri. Apalagi di tengah hubungan Rusia dan Iran yang merupakan musuh utama Israel semakin dekat. Semua tahu, Amerika merupakan pendukung utama Tel Aviv.
Pejabat Amerika mengatakan pada Maret bahwa Rusia telah mengerahkan pasukan khusus di Mesir di dekat perbatasan dengan Libya, sebuah tuduhan yang ditolak oleh Moskow.
Rusia telah membina hubungan dekat dengan komandan Libya Khalifa Haftar, yang mengadakan pembicaraan dengan Shoigu, Menteri Pertahanan Rusia, melalui video dari kapal induk Rusia di Mediterania tahun ini dan mengunjungi Moskow.
Dengan kesepaktan ini pesawat tempur Rusia dan Mesir akan dapat menggunakan ruang udara dan lapangan udara masing-masing dengan memberikan pemberitahuan lima hari sebelumnya, sesuai dengan draft kesepakatan, yang diharapkan berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang.