Site icon

Reaper vs Viper, Pilih Mana?

MQ-R Reaper

Sejumlah negara membangun drone untuk kekuatan militer mereka. Sistem ini menjadi pilihan dengan sejumlah alasan.

Apa sebenarnya kelebihan drone dibanding pesawat tempur berawak? Kenapa meski sudah punya drone tetap membutuhkan pesawat berawak?

Amerika menjadi negara yang mempelopori penggunaan drone. Tidak hanya untuk misi mata-mata tetapi juga untuk melakukan serangan darat. Salah satu drone andalan mereka adalah MQ-9 Reaper.

Drone ini sudah dikirimkan ke Afghanistan dan Irak, bukan sebagai pesawat pengintai, tetapi sebagai pengganti F-16 dan F-15. Sebenarnya hebat mana antara Reaper dibanding F-16 yang juga dikenal dengan sebutan Viper ini? Mari kita lihat dari banyak sisi

Senjata

Dari sisi senjata pesawat berawak dapat membawa bom lima atau enam kali lebih banyak dibandingkan Reaper yang dapat membawa sampai empat 228 kg JDAM bom pintar. Sementara lebih dari 300 JDAM dijatuhkan per hari selama invasi Irak 2003.

Tahun 2007 jumlah rata-rata per hari adalah, 3-4 bom. JDAM lebih banyak dijatuhkan di Afghanistan, tapi bahkan yang mencapai setengah lusin perharinya. Jadi setengah lusin Reapers dapat dengan mudah mengganti setengah lusin F-16 atau F-15.

Hal ini tentu saja menghemat banyak uang, karena dua awak manusia untuk Reaper bisa duduk santai di Amerika karena mengendalikan pesawat dengan satelit.

Lama Terbang

UAV memiliki keuntungan besar dibanding pesawat tempur berawak karena mereka bisa tinggal di atas area target lagi tetapi kru tetap tenang sehingga kewaspadaan dan kejelian tetap terjaga.

Tetapi kerugiannya adalah kecepatan Reaper masih rendah (sekitar 500 kilometer per jam). Sehingga jika ada operasi mendadak tidak bisa diandalkan. Dan pada kondisi ini pesawat tempur berawak yang ambil kendali karena bisa melesat dengan cepat ke lokasi.

Itulah kenapa meski sudah ada drone, pesawat tempur berawak tetap dipertahankan di Irak dan Afghanistan karena untuk jaga-jaga jika membutuhkan gerakan supercepat.

Kemampuan terbang UAV juga jauh lebih lama dibanding pesawat tempur berawak. Untuk F-16 meski bisa mengisi bahan bakar di udara, tetapi terbang terlalu lama akan memunculkan kelelahan yang berbahaya.

Awak UAV bisa diganti setiap enam jam, pilot tempur jelas tidak bisa diganti kecuali dia ada di darat.

Sebelumnya Predator adalah sebuah pesawat pengintai yang bisa membawa senjata (dua rudal Hellfire, masing-masing dengan berat 38 kg / £ 106), Reaper ini dirancang sebagai pesawat tempur yang juga melakukan pengintaian.

Reaper dapat membawa 228 kg bom dipandu laser atau GPS, serta 114 kg SDB, atau rudal lebih ringan. Bahkan ada versi rudal Hellfire (Brimstone) dikembangkan di Inggris juga dibawa.

Biaya

Perbandingan biayanya, untuk Predator sekitar seperlima dari F-16. Sementara Reaper sepertiga dari F-16. Reaper bisa terbang sampai 24 jam, sedang Predator 40 jam.

Tapi pengalaman menunjukkan bahwa beberapa misi membutuhkan 24 jam. Oleh karena itu, angkatan udara memutuskan untuk tidak memberikan Reaper kemampuan pengisian bahan bakar bertingkat.

Biaya pembuatannya hanya sepertiga dari harga sebuah pesawat tempur berawak. Sementara biaya per jamnya sekitar sepersepuluh dari biaya F-16.

Sensor

MQ-9 Reaper

Reaper membawa sensor yang sama dengan yang ditemukan dalam polong penargetan seperti Sniper XL atau LITENING, dan lalat pada ketinggian yang sama dari sebagian besar pejuang menggunakan orang-orang polong.

Hal ini membuat Reaper kebal terhadap ledakan, dan mampu melihat, menyerang, apa pun.

Polong penargetan, dikemas dengan elektronik dan sensor, sangat populer dengan pilot pesawat tempur, terutama karena memiliki FLIR dan kamera TV yang memungkinkan pilot terbang pada ketinggian 6.200 meter tetapi melihat dengan jelas daratan.

Pod juga mengandung designators laser untuk bom dipandu laser dan laser range finders yang memungkinkan pilot mendapatkan koordinat untuk JDAM (bom dipandu GPS). Ketinggian ini terhitung aman karena di luar jangkauan sebagian besar rudal anti-pesawat yang daya jangkaunya sekitar 6km

Pilot benar-benar dapat melihat kemajuan pertempuran darat dan bahkan telah bertindak sebagai pengamat udara untuk pasukan darat.

Kemampuan ini juga memungkinkan pilot untuk lebih mudah menemukan target mereka sendiri dan menghantam mereka dengan bom dipandu laser atau JDAM bom.

Akibatnya, seorang pilot pesawat tempur F-16 memiliki kemampuan yang sama seperti UAV. Keduanya bisa melihat dengan jelas apa yang ada di tanah dan meluncurkan bom pintar atau rudal untuk memukul apa yang mereka lihat.

Satu-satunya perbedaan adalah bahwa UAV memiliki dua orang kru (pilot dan operator yang memantau situasi) Sementara pilor F-16 terbang sendiri untuk melakukan berbagai tugas.

Exit mobile version