Korea Utara kembali menembakkan sebuah rudal balistik pada Selasa 28 November 2017. Rudal mendarat di wilayah dekat Jepang.
Tembakan itu merupakan uji coba pertama yang dilancarkan Korea Utara sejak pertengahan September. Rudal terbaru ditembakkan satu pekan setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memasukkan Korea Utara kembali ke daftar negara-negara yang dikatakan Washington mendukung terorisme.
Berdasarkan daftar itu, Amerika Serikat bisa mengenakan lebih banyak sanksi kendati sejumlah pakar mengatakan langkah itu bisa berisiko menyulut ketegangan di Semenanjung Korea.
Rudal tersebut dilaporkan berada di udara 50 menit sebelum jatuh di wilayah zona ekonomi eksklusif Jepang. Waktu ini jauh lebih lama dibandingkan rudal yang ditembakkan sebelumnya yakni 14 menit. Kenyataan ini menjadikan Amerika menyebut rudal terakhir Korea Utara telah mencapai rekor terbaru dan sangat berbahaya.
Menteri Pertahanan Amerika James Matis mengatakan rudal tersebut menetapkan rekor baru untuk ketinggian yang dicapai di luar angkasa. “Ujicoba rudal itu lebih tinggi daripada tembakan sebelumnya yang mereka lakukan,” kata Mattis kepada wartawan Selasa.
Kantor Berita Yonhap melaporkan rudal tersebut terbang setidaknya 10 kali lebih tinggi di luar angkasa daripada ketinggian orbit Stasiun Antariksa Internasional atau ISS dan bisa memiliki jarak 6.500 mil jika terbang dengan lintasan standar. Untuk diketahui ISS mengorbit sekitar 250 mil di atas bumi.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan bahwa rudal, yang meluncur pada Selasa itu ditembakkan dari Pyongsong, kota di Provinsi Pyongan Selatan, pada sekitar pukul 18.17 GMT dan melintasi perairan antara Korea Selatan dan Jepang.
Beberapa menit setelah Korea Utara menembakkan rudal, militer Korea Selatan juga melakukan uji coba penembakan rudal sebagai tanggapan atas tindakan itu.
Sebelumnya, Pentagon mengatakan pihaknya mendeteksi ada kemungkinan bahwa Korea Utara meluncurkan rudal.
“Kami sekarang sedang dalam proses memeriksa situasi dan akan memberikan keterangan tambahan yang lebih rinci jika sudah ada informasi,” kata juru bicara Pentagon Kolonel Robert Manning kepada para wartawan.
Surat kabar terkemuka Jepang Asahi Shimbun mengutip seorang pejabat pemerintah yang tak disebutkan namanya, yang mengatakan bahwa rudal itu tidak melewati Jepang namun jatuh ke Laut Jepang atau di semenanjung Korea.
Gedung Putih mengatakan Presiden Amerika Donald Trump diberi paparan situasi ketika rudal tersebut masih berada di udara.
Pekan lalu, Korea Utara mengecam keputusan Trump untuk memasukkan kembali negara itu ke dalam daftar negara yang membantu terorisme. Korea Utara menyebut langkah Trump itu sebagai “provokasi serius dan pelanggaran dengan kekerasan.”