Pejabat pertahanan Norwegia khawatir bahwa armada pesawat tempur F-35 dilengkapi dengan sensor yang secara otomatis mengirimkan informasi penting ke pabrik Lockheed Martin di Amerika Serikat.
Norwegia, meriupakan salah satu negara pengguna jet tempur F-35 di Eropa dan baru saja merima tiga pesawat pertama mereka. Pesawat siluman tersebut dilengkapi dengan teknologi yang meningkatkan kemampuan Norwegia untuk memantau darat dan wilayah laut yang luas.
Namun, pesawat juga disiapkan untuk secara otomatis mengirim informasi ke server produsen di Fort Worth, Texas setelah setiap penerbangan. Hal ini yang mengkhawatirkan pejabat pertahanan karena informasi yang dikirim melalui Autonomic Logistics Information System (ALIS) di seluruh dunia mencakup data operasional, “diagnosis diri,” data pemeliharaan dan data pelatihan jet.
“Karena pertimbangan nasional, ada kebutuhan untuk mefilter dimana negara pengguna dapat mengecualikan data sensitif dari aliran data yang dimiliki oleh sistem dengan Lockheed Martin,” kata konsultan senior Kementerian Pertahanan Norwegia Lars Gjemble mengatakan kepada portal berita ABC Nyheter .
Gjemble mengakui F-35 sangat canggih. Bahkan jika membandingkan F-16 yang saat ini digunakan Norwegia dengan F-35 maka ibarat membandingkan Nokia 3210 dengan iPhone X. namun peningkatan berbagai pilihan, fitur dan data juga membutuhkan peningkatan perlindungan.
“Di satu sisi, ini mirip dengan tantangan informasi apa yang dimiliki iPhone dengan produsen,” jelas Gjemble Jumat 24 November 2017.
Menurut Gjemble, ada kebutuhan khusus untuk melindungi pemrograman jet melalui apa yang disebut Mission Data Files (MDF), yang ia gambarkan sebagai perpustakaan ancaman yang mungkin terjadi di area di mana pesawat F-35 beroperasi. MDF berisi data nasional untuk mengoptimalkan sensor pesawat terbang.

Norwegia sebelumnya mengadakan kemitraan dengan Italia untuk bersama-sama membiayai apa yang disebut sebagai Norway Italy Reprogramming Laboratory (NIRL) dimana kedua negara akan secara bergiliran menyimpan data sensitif nasional.
Sebagai kontributor proyek Joint Strike Fighter internasional yang menghasilkan F-35, Norwegia memutuskan untuk mengakuisisi 52 jet tempur F-35 dengan biaya hampir US$ 10 miliar atau sekitar Rp 135 triliun. Biaya seumur hidup terkait dengan proyek ini diperkirakan mencapai US$33 miliar atau sekitar Rp446 triliun.