F-16 Vs Gripen; India Terjebak dalam Situasi Sulit
Gripen dan F-16

F-16 Vs Gripen; India Terjebak dalam Situasi Sulit

India, yang bermaksud untuk mengganti semua jet tempur MiG-21 dan MiG-27 pada tahun 2024, tetapi kini mereka terjebak dalam situasi yang sulit. Memang ada kandidat kuat yakni F-16 yang dibangun Lockheed Martin dan Gripen besutan Saab Swedia, tetapi semuanya juga tidak mudah.

Ketika India bersiap memulai tender untuk mencari jet tempur mesin tunggal dari negara asing yang diproduksi di India dan bekerjasama dengan industri lokal, Lockheed Martin dari Amerika membuat New Delhi terkejut. Meski siap memindahkan fasilitas produksi ke India, mereka tidak akan menjamin bisa melakukan transfer teknologi penuh jika mendapat kontrak senilai US$ 10 miliar. Padahal F-16 disebut-sebut sebagai calon paling kuat.

New Delhi menghadapi masalah yang sama ketika mereka akhirnya gagal membeli 126 jet tempur Rafale karena Dassault Aviation Prancis juga menolak mentransfer teknologi pesawat tempur multirole tersebut.

“Tidak akan pernah ada transfer teknologi penuh, bukan untuk kepentingan nasional atau kepentingan industri. Teknologi tertentu tidak dapat dipindahtangankan kepada siapapun di dunia ini,” kata Keith Webster, Wakil Presiden Senior Defense and Aerospace, US-India Strategic Partnership Forum dalam sebuah wawancara dengan The Hindu Business Line, Selasa 20 November 2017.

F-16 Amerika dan Gripen Swedia adalah dua jet tempur yang akan bersaing untuk mendapatkan dalam kesepakatan membangun 114 pesawat tempur. India berniat untuk membeli 10 pesawat dalam kondisi jadi  dan sisanya akan diproduksi di India di sebuah fasilitas yang didirikan oleh perusahaan pemenang.

“Hanya segelintir pemain kedirgantaraan yang memiliki teknologi utama dalam hal sistem radar, mesin, siluman, sistem EW, dan lain-lain. India adalah pasar terbesar dan juga merupakan kekuatan yang muncul. Tak seorang pun ingin India merdeka dalam hal ini, ” kata pensiunan Marsekal Udara Anil Chopra dan seorang analis pertahanan India.

SAAB Swedia memang telah menjanjikan akan melakukan transfer teknologi penuh dari Gripen-E yang ditawarkan untuk bersaing dengan F-16 Block 60 ke India.  Namun, SAAB sendiri mengimpor sebagian besar komponen dari negara lain yang dipasang di Gripen. Artinya, akan ada hambatan dari negara pemilik teknologi jika harus dibuka sepenuhnya kepada India.

Sementara itu, jet tempur yang dikembangkan secara sendiri juga masih banyak memiliki masalah dalam hal sistem radar, mesin dan sistem EW. Angkatan Udara India sejauh ini telah memasukkan lima pesawat tempur ringan Tejas (LCA) dalam status operasional awal. Angkatan Udara India telah memerintahkan 20 pesawat tambahan setelah izin operasional akhir dicapai.

Namun, Angkatan Udara India tidak banyak puas dengan kemajuan yang dicapai dalam pengembangan pesawat terbang yang dibangun Hindustan Aeronautika Ltd itu. Hal ini dipandang sebagai alasan utama di balik penundaan Angkatan Udara India menempatkan pesanan sebesar 83 pesawat tempur Tejas MK-1.

Bahkan jika semuanya berjalan sesuai dengan janji yang dibuat oleh HAL, merka hanya dapat membangun 16 Tejas Mark-1A per tahun dan induksi dari semua 83 akan selesai pada tahun 2028.

Jumlah dan kecepatan pengirimannya tidak akan cukup, karena Angkatan Udara India telah menetapkan target untuk mengganti 11 skuadron (18-20 jet tempur dalam skuadron)  MiG-21 dan MiG-27.

Baca juga:

Saab Sebut Tiga Alasan Kenapa Gripen Cocok untuk Indonesia