Uji Pesawat Amerika? Jet Tempur Rusia Kian Agresif di Langit Suriah
Su-30

Uji Pesawat Amerika? Jet Tempur Rusia Kian Agresif di Langit Suriah

Saat ISIS semakin kehilangan wilayahnya di Irak dan Suriah, pilot pesawat tempur Amerika melihat perilaku yang semakin mengkhawatirkan dari pesawat Rusia yang terbang di atas ruang pertempuran.

Seorang komandan Skuadron F-22 Raptor yang hanya diidentifikasi sebagia Letnan Kolonel “Ox,” kepada Aviation Week mengatakan bahwa pilotnya melihat pergerakan yang tidak terduga dan berpotensi mengancam dari jet Rusia yang terbang di atas Irak dan Suriah.

Pilot dari Skuadron Tempur ke-95 yang ditugaskan ke pangkalan udara Al Dhafra, UAE tersebut menambahkan dalam beberapa minggu terakhir, pesawat Rusia  sering terbang di dalam jangkauan senjata pasukan koalisi.

Jet tempur Rusia – terutama Sukhoi Su-30, Su-35 dan Su-27 Flankers ditambah Su-17 Fitters Suriah- memang belum bergerak untuk menyerang pasukan Amerika atau koalisi, namun kedekatannya mengancam tentara darat. Ox menambahkan jet tempur Rusia secara teratur terbang dalam jangkauan pasukan koalisi selama 20 atau 30 menit setiap kalinya.

Bagi Ox dan pilotnya, seringkali sulit untuk mengatakan apakah pesawat Rusia itu sengaja menguji kemampuan mereka  atau hanyalah kesalahan. Tapi saat pasukan darat menekan ISIS ke wilayah yang semakin sempit maka insiden “tidak nyaman” ini menjadi lebih sering.

“Kita harus menggunakan penilaian kita untuk mencari tahu, apakah orang ini mendekati orang-orang kita? Atau apakah ini seseorang yang terbang dengan pola lebar? ” kata Ox dikutip Aviation Week 19 November 2017.

“Anda tidak tahu apakah mereka melakukan ini untuk menguji kita, untuk melihat tanggapan kita, atau apakah itu benar-benar tidak bersalah. Itu kondisi yang harus kita buat setiap hari. ”

F-22 Raptor dalam misi di Suriah dan Irak

Situasi ini menjadikan wilayah udara semakin padat dan menantang. Pilot Raptor harus dengan cepat menekan pasukan koalisi di daerah tersebut untuk memastikan mereka memiliki cukup ruang untuk memantau pesawat-pesawat Rusia dan melakukan interferensi jika diperlukan.

Pesawat yang berpotensi mengancam seringkali cukup dekat untuk dilihat secara visual, namun wilayah udara yang sibuk membuat identifikasi tipe dan tujuan mereka menjadi sebuah tantangan. Hal ini menjadi sangat sulit jiak terjadi di malam hari karena Raptor tidak memiliki kemampuan elektro-optik / inframerah canggih seperti F-35 atau F-15.

“Ini benar-benar mempercepat garis waktu kita dan membawa kita ke dalam masa-masa sulit, terutama karena platform yang kita coba identifikasikan semakin mendekati titik pertahanan kita.”

Begitu Raptor memverifikasi  pesawat tersebut bukan koalisi, pilot harus menyampaikan apa yang mereka lihat pada kontrol taktis, seperti Sentry E-3 udara dan Pusat Operasi Udara Gabungan berbasis darat, pesawat koalisi dan pasukan darat.

Dalam peran defensive counterair (DCA) ini  keunggulan utama yang dimiliki Raptor adalah suite sensor dan kemampuan fusi yang canggih. Tapi F-15 Strike Eagles yang melakukan DCA di wilayah tersebut dapat mengirim dan menerima informasi medan pertempuran penting menggunakan Link 16, tautan data taktis yang digunakan oleh kebanyakan pesawat Angkatan Udara, sementara F-22 tidak memiliki kemampuan Link 16 penuh.

Ini berarti Raptor dapat menerima data dan citra dari pesawat lain di battlespace melalui Link 16, namun tidak dapat mengirim gambar yang mereka dapat ke kekuatan lainnya.

“Sebagai gantinya, pilot F-22 harus mengandalkan komunikasi suara  untuk menggambarkan apa yang mereka lihat,” kata Ox. Raptor menunggu dengan memantau dengan seksama jet tempur Rusia untuk mengetahui tanda-tanda perilaku agresif, dan siap untuk bertindak.

Pilot Amerika kadang-kadang melakukan kontak ke pesawat Rusia menggunakan frekuensi darurat, tapi biasanya tidak mendapat tanggapan.

“Saya tidak tahu apakah mereka memantau frekuensi darurat seperti kita atau memang tidak mau menanggapi,” kata Ox.

Salah satu faktor yang membatasi kemampuan Raptor untuk secara efektif memantau jet tempur Rusia adalah tidak adanya helmet-mounted cueing system, yang banyak digunakan pilot jet tempur lain seperti F-35.

Menurut Ox, lemampuan semacam itu akan membuat operasi DCA lebih efektif, terutama di wilayah udara yang padat. Dalam operasi saat ini, pilot Raptor harus kehilangan waktu karena harus terus melihat ruang udara dan informasi pada display.