Arab Saudi telah sepakat untuk membeli amunisi presisi dipandu dari kontraktor pertahanan Amerika. Tidak main-main kerajaan kaya tersebut menyediakan dana hingga US$7 miliar atau sekitar Rp95 triliun untuk membeli rudal-rudal pembunuh tersebut.
Sumber yang mengetahui masalah tersebut sebagaimana dikutip Reuters Rabu 22 November 2017 mengatakan, beberapa anggota parlemen Amerika dapat menolak penjualan senjata yang telah menyebabkan kematian warga sipil dalam kampanye Saudi di Yaman
Sumber tersebut mengatakan Raytheon Co (RTN.N) dan Boeing Co (BA.N) adalah perusahaan yang dipilih untuk menyediakan rudal. Kesepatakan ini menjadi bagian dari perjanjian senjata senilai US$ 110 miliar yang dicapai saat kunjungan Presiden Donald Trump ke Arab Saudi pada bulan Mei. Kedua perusahaan menolak berkomentar mengenai penjualan senjata tersebut.
Penjualan senjata ke kerajaan dan negara anggota Dewan Kerjasama Teluk lainnya telah semakin diperdebatkan di Kongres Amerika yang harus menyetujui penjualan tersebut. Departemen Luar Negeri Amerika belum secara resmi memberi tahu Kongres tentang kesepakatan amunisi presisi dipandu.
“Kami tidak berkomentar untuk mengkonfirmasi atau menolak penjualan sampai mereka memberi tahu secara resmi kepada Kongres,” kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri. Dia menambahkan bahwa pemerintah Amerika akan mempertimbangkan faktor-faktor “termasuk keseimbangan regional dan hak asasi manusia serta dampaknya terhadap industri pertahanan Amerika. ”
Menurut PBB erangan koalisi pimpinan Arab ke Yaman sejak Maret 2015 telah mengakibatkan hampir 4.800 warga sipil terbunuh.
Duta Besar Arab Saudi untuk Washington, Pangeran Khalid bin Salman menolak untuk mengomentari penjualan khusus tersebut, namun mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa negaranya akan menindaklanjuti kesepakatan yang ditandatangani selama kunjungan Trump.