Presiden Rusia Vladimir Putin secara terbuka memuji kehebatan rudal Kh-101 setelah senjata canggih itu kembali digunakan untuk menggempur posisi ISIS di Suriah. Rudal siluman itu diluncurkan dari pembom Tu-95MS yang terbang dari Rusia dan dilindungi oleh jet tempur Su-30SM dan Su-35.
Rudal ini diluncurkan dari jarak 1.000 km dari target dan menghancurkan sejumlah posisi penting seperti gudang senjata, pos komando dan persenjataan ISIS lainnya.
Serangan ini menandai keenam kalinya Rusia telah menggunakan Kh-101 dalam pertempuran tersebut. “Mengenai penggunaan senjata kami, termasuk dalam perang melawan teroris di Republik Arab Suriah, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada militer dan perancang sistem rudal Kh-101 canggih kami. Rudal ini menunjukkan tingkat kehandalan yang sangat tinggi,” kata Putin pada sebuah pertemuan komisi untuk kerjasama teknik militer (MTC).
Dalam komentarnya mengenai masalah ini, surat kabar online Rusia Vzglyad mencatat bahwa infrastruktur ISIS di Suriah bukanlah satu-satunya target yang mungkin untuk persenjataan kelas ini dan hal itu tidak dikembangkan untuk perang melawan ISIS.
Lapangan udara, pusat komando, pangkalan militer, peluncur rudal, fasilitas penyimpanan minyak, dan benda-benda infrastruktur lainnya yang bernilai jutaan dan miliaran dolar AS dan berada jauh di dalam wilayah musuh, dapat dengan mudah dihancurkan dengan satu Rudal yang hanya berharga beberapa juta rubel dan dalam beberapa jam.

Tidak mengherankan jika persenjataan semacam itu memberikan keuntungan militer yang serius. Penggunaannya di Suriah dapat dianggap sebagai uji coba jarak jauh, sesuatu yang sangat penting dari segi teknik militer.
Letnan Jenderal Aitech Bizhev, mantan Wakil Komandan Angkatan Udara untuk CIS mengatakan bahwa hal itu dikembangkan untuk menggantikan Kh-55 (NATO menyebut sebagai AS-15 ‘Kent’ ), Rudal jelajah subsonik Soviet / Rusia yang diluncurkan dari udara dan dirancang oleh MKB Raduga.
“Ini adalah rudal dipandu dengan presisi lebih tinggi hingga 4.500 kilometer dalam kondisi tempur sesungguhnya,” katanya.
Senajta diproduksi dengan menggunakan teknologi modern untuk mengurangi visibilitas radar dan dilengkapi dengan sistem penghindaran medan.
Jurnal online Strategic Culture Foundation sebelumnya mencatat bahwa rudal jelajah baru ini diyakini dapat memperbaiki lintasan penerbangannya, yang memiliki tanda radar rendah. Secara khusus, sistem koreksi penerbangan menggunakan opto-elektronik. Senjata dengan fitur stealth radar menimbulkan ancaman unik karena bisa mengalahkan pertahanan dengan terbang di ketinggian rendah, menghindari radar, dan bersembunyi di balik medan.
Letnan Jenderal Aitech Bizhev mengkonfirmasi kepada Vzglyad bahwa visibilitas radar yang rendah dan sistem penghindaran medan memungkinkan rudal tersebut untuk menghindari sistem pertahanan udara dan mencapai sasaran.