Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali menyerang NATO dengan mempertanyakan kredibilitas dari aliansi tersebut. Dia mengatakan NATO justru menghapus sistem pertahanan rudal mereka dari negaranya tanpa mempedulikan ancaman yang ditimbulkan oleh negara tetangga Suriah. Tetapi ketika mereka membeli sistem pertahanan rudal dari Rusia, mereka justru mengkritiknya.
“Kepercayaan NATO telah dipertanyakan oleh semua negara anggotanya saat mereka menarik sistem pertahanan rudal dari Turki pada saat ancaman dari Suriah meningkat,” kata Erdogan dalam pidato di aara Partai yang berkuasa PKK di provinsi Black Sea, Rize, Jumat dan dikutip harian Turki Hurriyet Daily News.
“Dan sekarang, ketika kita mencoba untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia, reaksi beberapa negara aliansi [NATO] membuktikan keburukan ini,” tambah pemimpin Turki tersebut.
Komentarnya mengacu pada keretakan antara Ankara dan negara-negara anggota aliansi karena kesepakatan untuk membeli sistem pertahanan rudal Rusia.
Sebelumnya Menteri Pertahanan Turki Nurettin Canikli mengatakan bahwa negaranya telah menyelesaikan pembelian rudal darat-ke-udara Rusia S-400. “Sudah selesai, rudal S-400 telah dibeli. Sisanya hanya rincian sekarang,” katanya.
Setelah pengumuman tersebut, Amerika memperingatkan bahwa jika Turki bergerak maju dengan kesepakatan tersebut, maka tidak akan diizinkan untuk memasukkan teknologi NATO dan tindakan selanjutnya dapat dilakukan yang dapat mempengaruhi negara tersebut seperti akuisisi atau pengoperasian jet F-35.
Turki dipaksa untuk mulai mencari sistem pertahanan rudal alternatif setelah negara anggota NATO, yaitu Amerika Serikat, Jerman dan Belanda, memutuskan untuk menarik rudal Patriot mereka dari Turki pada akhir tahun 2015.
Pada 2013, lima negara anggota aliansi tersebut, yaitu AS, Jerman, Belanda, Spanyol dan Italia telah memasok senjata rudal ke Turki menyusul permintaannya untuk meningkatkan kemampuan pertahanan udara guna mempertahankan wilayahnya dari ancaman yang ditimbulkan oleh negara tetangga Suriah.
Baterai Spanyol dan Italia, yang terkait dengan sistem pertahanan udara NATO, tetap berada di negara ini.
Setelah penarikan sebagian senjata tersebut, Ankara ingin membeli rudal dari sebuah perusahaan yang dikelola negara China, namun harus membatalkan kesepakatan tersebut di bawah tekanan Amerika, yang mengatakan bahwa perusahaan China tersebut telah dikenai sanksi karena diduga menjual rudal ke Iran.