Site icon

Operasi Senyap Pasukan Elite TNI AD Kunci Pembebasan Sandera Papua

Pasukan elite yang melakukan operasi penyebaran

Anggota Satuan Tugas Terpadu dari TNI-Polri berhasil membebaskan ribuan warga yang selama beberapa hari disandera oleh kelompok bersenjata di di kampung Banti dan Kimbeli di wilayah distrik Tembagapura, Mimika, Papua. Seluruh sandera selamat. Kunci kesuksesan dari misi ini adalah sebuah operasi senyap dan rahasia yang dipimpin langsung oleh Pangdam XVII/ Cenderawasih.

Evakuasi warga yang sebelumnya dikuasai oleh kelompok bersenjata pimpinan Ayub Waker berhasil dievakuasi oleh satgas terpadu yang dipimpin langsung oleh Komandan Satuan Brimob Polda Papua, Kombes Pol Mathius D. Fakhiri, sekitar pukul 09.30 WIT, Jumat.

Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Muhamamd Aidi, dalam keterangannya yang dirilis di akun media sosial TNI Angkatan Darat menjelaskan bagaimana operasi tersebut digelar. Dia pasukan tiba di lokasi pada pukul 07.00 WIT. Dan serangan dilakukan pada pukul 07.45.

Operasi berjalan dengan cepat dan dipimpin langsung oleh  Pangdam XVII/Cendrawasih Mayjen TNI George Elnadus Supit. “Sasaran berhasil direbut, medan perang dikuasai termasuk pos TPM/OPM,” kata Aidi. Berbeda dengan polisi yang menyebut kelompok penyandera sebagai kelompok kriminal bersenjata, TNI secara tegas menyatakan bahwa mereka adalah kelompok sparatis Papua Merdeka.

Aidi belum mendapat informasi berapa korban dari pihak kelompok bersenjata karena tim fokus pada penguasaan medan untuk melindungi sandera hingga tidak melakukan pengejaran.

“Situasi juga cukup gelap dan penguasaan medan diutamkan hingga tidak melakukan pengejaran,” katanya lagi.

Setelah memastikan lokasi benar-benar telah aman dan dikuasai pasukan di lapangan langsung melakukan koordinasi dengan tim evakuasi. Dan pada pukul 09.00 WIT proses evakuasi pun bisa dilakukan.

Operasi ini dilakukan oleh gabungan satuan-satuan elite TNI AD dan penyerangan yang berlangsung sekitar 1 jam 18 menit.

Aidi, menyebut anggota TNI yang berpartisipasi dalam operasi itu adalah sebanyak 83 orang. Mereka berasal dari Grup 1,2,3 dan Sat81/Gultor Kopassus TNI AD, Yonif-751/Raider, Yonif754/ENK dan Tontaipur Kostrad TNI AD.

Kabarnya prajurit-prajurit pilihan itu untuk mendekati lokasi penyanderaan sudah berlangsung lima hari sebelumnya. Mereka menempuh rimba Papua yang lebat dengan kesenyapan, agar tidak terdeteksi oleh para penyandera.

Pada Jumat pukul 07.00 WIT, para prajurit sudah berada di lokasi yang ditentukan, di luar desa yang dikuasai penyandera. Penyerbuan baru dimulai pada pukul 07.45 WIB, dengan suara ledakan bom sebagai penanda. Prajurit-prajurit tersebut langsung masuk ke desa, menghadapi hal itu, para penyandera memilih untuk langsung kabur ke hutan. Pada pukul 08.18 WIT, prajurit TNI berhasil menguasai wilayah penyanderaan.

Kepala Penerangan Kodam Chendrawasih, sempat mengirimkan foto prajurit-prajuri dari satuan elite TNI, yang ikut operasi pembebasan. Dengan alasan keamanan, wajah para prajurit terpaksa tidak bisa dipublikasikan.

Dari foto tersebut terlihat pasukan elite tersebut menggunakan senjata SS2 buatan PT.Pindad dari berbagai varian.

Dua senjata yang terlihat di foto, dilengkapi dengan teropong khusus sniper. Salah satu senjata yang ada di foto, terlihat dilengkapi dengann Holographic weapon Sight, yang banyak digunakan untuk pertempuran jarak dekat. Selain itu ada juga yang dilengkapi dengan peluncur granat.

Sebagian besar prajurit, mengenakan pakaian loreng, dengan rompi anti peluru. Sementara untuk pelindung muka, sebagian besar prajurit yang tampak di foto mengenakan helm ‘tactical’ standar militer, dan sebagiannya mengenakan helm baja berwarna hijau, dengan pelindung telinga. Untuk pelindung tangan, empat prajurit di foto terlihat mengenakan ‘tactical gloves’

Exit mobile version