Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali mengecam kehadiran Iran di Suriah, kali ini dia mengklaim bahwa Teheran memiliki rencana untuk menempatkan pesawat mereka di negara tersebut serta menambatkan kapal selamnya di pantai Mediterania Suriah yang secara langsung mengancam perairan Israel.
“Mereka ingin membawa angkatan udara mereka ke sana, tepat di sebelah Israel,” kata Netanyahu November 2017.
“Mereka ingin membawa kapal selam dan kapal militer ke Laut Tengah, selanjutnya ke Israel Jadi kita tidak akan membiarkan hal itu terjadi; kita akan menolaknya. ”
Klaim Netanyahu bahwa Iran bermaksud untuk mengerahkan pesawat ke Suriah bukan hal yang baru. Pada akhir tahun 2015 ada laporan di media Israel yang berspekulasi bahwa Iran memiliki rencana untuk mengirim pesawat perang ke Suriah untuk mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad. Tetapi hal itu tidak pernah terwujud.
Namun, komentar Netanyahu tentang kapal selam Iran memang aneh. Yang pasti, Teheran memang memiliki armada kapal selam diesel kecil. Selain tiga kapal selam kelas Kilo yang dibeli dari Rusia pada 1990-an, Teheran memiliki sekitar 21 kapal selam kelas Ghadir yang berbasis di dalam negeri. Kapal ini dibangun berdasarkan kelas Yono Korea Utara.
Kelas Kilo memang bisa beroperasi ribuan mil jauhnya dari rumah selama berminggu-minggu sebelum perlu mengisi bahan bakar. Namun Ghadir dirancang berkeliaran di perairan Teluk Persia di dekat pantai Iran.
Kegiatan angkatan laut Iran di dekat perairan Israel belum pernah terjadi sebelumnya. Pada bulan Februari 2011, kapal perang Iran melintasi Terusan Suez untuk pertama kalinya sejak Revolusi Iran untuk melakukan latihan di Suriah.
Israel sendiri memiliki lima kapal selam kelas Dolphin buatan Jerman, dengan kapal keenam dalam perjalanan, bersama dengan sejumlah kecil kapal selam kecil yang memiliki sensor dan senjata anti-kapal selam yang substansial – termasuk kapal selam robot. Kelas Kilo Iran kemungkinan besar akan menempel ke Laut Arab dan Laut Merah untuk menebar ranjau – 24 masing-masing kapal selam – dan mengancam selat Bab El Mandeb.
Komentar Netanyahu sebenarnya merupakan gambaran dari kekhawatiran mengenai kekuatan pertumbuhan Iran di Timur Tengah. Perang Israel lainnya dengan Hizbullah di Lebanon pasti akan terbukti jauh lebih tangguh dan lebih berisiko daripada bentrokan besar terakhir antara keduanya pada tahun 2006.
Pengalaman Hizbullah, ditambah dengan rute pengiriman darat yang baru berpotensi memungkinkan Hizbullah untuk bertarung lebih lama.
Pernyataan Netanyahu bahwa Iran akan menempatkan kapal selamnya di Mediterania datang setelah dia berusaha untuk memperluas armada kapal selam negaranya menadi sembilan kapal selam kelas Dolphin, yang akan merupakan armada bawah laut yang sangat besar untuk sebuah negara seukuran Israel.