Sebanyak 350 warga yang disandera kelompok bersenjata Papua berhasil dievakuasi ke Tembagapura Jumat 17 November 2017.
Kapolda Papua Irjen Pol Boy Rafli sebagaimana dilaporkan Antara membenarkan evakuasi terhadap warga yang selama ini disandera di Kimbely telah dilakukan. Penyandera adalah kelompok yang oleh pemerintah disebut sebagai kelompok kriminal bersenjata (KKB) dan tidak pernah disebut sebagai kelompok sparatis.
Boy Rafli menambahkan proses evakuasi berlangsung selama hampir lima jam di bawah serangan dari kelompok bersenjata tersebut. Belum ada informasi apakah ada korban jiwa dalam evakuasi tersebut.
Sebelumnya Boy Rafli Amar kembali memperingatkan kelompok tersebut segera meletakkan senjata dan menyerahkan diri ke kantor kepolisian terdekat, yaitu Polsek Tembagapura, Kabupaten Mimika.
“Sekali lagi kami mengingatkan kepada mereka untuk meletakkan senjata dan menyerahkannya ke kantor kepolisian terdekat. Jangan lagi melakukan aksi kekerasan dan patuhi apa yang sudah kami maklumatkan. Kami tidak akan melakukan apa-apa,” katanya di Timika, Jumat.
Ia menegaskan senjata api yang dimiliki oleh KKB ilegal dan merupakan barang bukti sebuah tindak pidana pembunuhan terhadap aparat negara (anggota Brimob).
Dua senjata api laras panjang jenis Styer Aug yang memiliki amunisi kaliber 5,46 milimeter yang kini dikuasai oleh KKB diketahui dirampas dari dua anggota Detasemen Gegana Brimob, Bripda Riyan Hariansah dan Bripda M Adpriadi, pada 1 Januari 2015.
Sementara – Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengingatkan, perundingan yang dilakukan TNI dan Polri dengan kelompok bersenjata di Papua ada batas waktunya.
“TNI dan Polri sampai saat ini masih menunggu upaya negosiasi yang dilakukannya dengan kelompok bersenjata untuk membebaskan ribuan warga Kampung Banti dan Kampung Kimbely, Tembagapura, Mimika yang disandera,” kata Panglima TNI Kamis.
Meski, tidak menyebutkan kapan batas waktu yang dimaksud, penegasan Panglima TNI yang kembali disampaikan menyiratkan bahwa TNI sudah siap melakukan operasi pembebasan sandera. “Jadi sampai saat ini kita masih melakukan negosiasi. Negosiasi ada batas-batas waktunya,” katanya.
Kelompok tersebut sudah lebih dari tiga pekan menguasai dan menduduki perkampungan sekitar Kota Tembagapura. Sejak itu, 1.300 warga sipil dilaporkan terisolasi karena tidak bisa lagi leluasa untuk bepergian ke Tembagapura guna membeli barang kebutuhan pokok mereka. Kini kondisi mereka makin memburuk lantaran persediaan bahan makanan makin menipis.