Turki dengan keras mengecam Amerika Serikat karena mendukung kesepakatan yang diduga dicapai antara Unit Perlindungan Rakyat (YPG) dan ISIS di Ar-Raqqah di Suriah. Kesepakatan itu menyebabkan ribuan anggota ISIS dengan bebas meninggalkan Raqqa dan kini tersebar di berbagai negara.
“Sebagian telah mengizinkan [ISIS] meninggalkan Ar-Raqqah dengan membawa senjata mereka dan bukan menghapuskan mereka dari kota tersebut,” kata Perdana Menteri Turki Binali Yildirim Rabu 15 November 2017. Hal itu disampaikan Yildirim selama pertemuan kelompok Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP) di Parlemen di Ankara.
“Satu kelompok teror meninggalkan Raqqa dan satu lagi tinggal di dalamnya. Ini kah kebijakan rasional kalian?” demikian pertanyaan Yildirim sebagaimana dikutip Daily Sabah.
Yildirim menggaris-bawahi bahwa Turki telah berulangkali memperingatkan AS “agar tidak bekerjasama dengan kelompok teror guna memerangi kelompok teror lain”, demikian laporan Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu. Ia mengatakan itu tidak pantas buat semua negara.
Pasukan Demokratik Suriah (SDF), yang didukung Amerika dan didominasi oleh anggota cabang kelompok Partai Pekerja Kurdistan (PKK) di Suriah –Partai Uni Demokratik (PYD) dan sayap bersenjatanya, YPG, mengumumkan pembebasan Raqqa yang pernah menjadi Ibu Kota ISIS pada 17 Oktober.
Laporan BBC mengatakan satu kesepakatan rahasia antara SDF dan IS membantu ribuan petempur Suriah dan asing serta keluarga mereka menyelamatkan diri dari Ar-Raqqah dengan membawa senjata dan amunisi mereka.
Menurut laporan tersebut, rombongan pengungsian itu terdiri atas hampir 50 truk dan 13 bus, selain lebih dari 100 kendaraan milik petempur ISIS. Sepuluh truk berisi senjata dan amunisi.
Juru bicara Pentagon pada Senin mengatakan kesepakatan tersebut adalah bagian dari “penyelesaian lokal bagi masalah lokal” dan Washington “menghormatinya”.