More

    Kesepakatan Rahasia Raqqa (III): Jadi Ajang Bisnis

    on

    |

    views

    and

    comments

    BBC menyebutkan kebebasan Raqqa dibeli dengan darah, pengorbanan dan kompromi. Kesepakatan membebaskan warga sipil yang terjebak dan mengakhiri pertarungan untuk kota tersebut. Tidak ada pasukan SDF yang harus mati menyerbu tempat persembunyian IS terakhir.

    Tapi ISIS tidak bertahan lama. Dibebaskan dari Raqqa, di mana mereka dikepung, beberapa anggota kelompok yang paling dicari sekarang telah menyebar jauh dan luas melintasi Syria dan sekitarnya.

    Orang-orang yang memotong pagar, memanjat dinding dan berlari melewati terowongan-terowongan dari Suriah melaporkan peningkatan besar pada orang-orang yang melarikan diri. Keruntuhan ISIS dianggap baik untuk bisnis.

    “Dalam beberapa minggu terakhir, kami memiliki banyak keluarga yang meninggalkan Raqqa dan ingin pergi ke Turki. Minggu ini saja, saya pribadi mengawasi penyelundupan 20 keluarga, ” kata Imad, seorang penyelundup di perbatasan Turki-Suriah. “Sebagian besar orang asing tapi ada orang Syria juga.”

    Dia mengenakan biaya sekitar US$ 600 atau sekitar Rp8 juta per orang dan minimal US$ 1.500 (sekitar Rp20 juta) untuk satu keluarga. Dalam bisnis ini, klien tidak ramah terhadap pertanyaan. Tapi Imad mengatakan bahwa dia memiliki klien dari Prancis, Eropa, Chechnya, Uzbek. “Ada yang berbicara dalam bahasa Perancis, yang lain berbahasa Inggris, ada yang berbahasa asing,” katanya.

    Walid, penyelundup lain di bentangan perbatasan Turki yang berbeda, menceritakan kisah yang sama. “Kami memiliki arus masuk keluarga selama beberapa minggu terakhir,” katanya. “Ada beberapa keluarga besar yang menyeberang. Tugas kita adalah menyelundupkan mereka. Kami sudah memiliki banyak keluarga asing yang menggunakan layanan kami. ”

    Karena Turki telah meningkatkan keamanan perbatasan, pekerjaan menjadi semakin sulit. “Di beberapa daerah kita menggunakan tangga, di tempat lain kita menyeberang sungai, di daerah lain kita menggunakan jalur pegunungan yang curam. Ini situasi yang menyedihkan. ”

    Namun, Walid mengatakan ini situasi yang berbeda untuk tokoh senior ISIS. “Orang asing yang ditempatkan sangat banyak memiliki jaringan penyelundup mereka sendiri. Biasanya orang yang sama yang mengatur akses mereka ke Syria. Mereka berkoordinasi satu sama lain. ”

    Penyelundupan tidak berhasil semua. Abu Musab Huthaifa adalah salah satu tokoh Raqqa yang paling terkenal Kepala intelijen ISIS berada di konvoi di luar kota pada 12 Oktober. Tapi sekarang dia berada di balik jeruji besi dan ceritanya mencerminkan hari-hari terakhir kehancuran ISIS.

    ISIS tidak pernah bernegosiasi. Tanpa kompromi, pembunuh. Setidaknya begitulah mitosnya. Tetapi fakta menunjukkan hal yang berbeda. Mereka bisa diajak negosiasi dan berbicara.

    Di Raqqa ISIS mengalami kelelahan dan ketakutan pada keluarga mereka hingga memaksa mereka ke meja perundingan pada tanggal 10 Oktober 2017.

    “Serangan udara menekan kami selama hampir 10 jam. Mereka membunuh sekitar 500 atau 600 orang, pejuang dan keluarga, “kata Abu Musab Huthaifa.

    Rekaman serangan udara koalisi yang menimpa satu lingkungan Raqqa pada tanggal 11 Oktober menunjukkan bencana manusia di balik garis musuh. Di tengah teriakan para wanita dan anak-anak, terjadilah kekacauan diantara para pejuang ISIS. Bom-bom itu  sangat kuat dan efektif. Aktivis mengklaim bahwa bangunan yang menampung 35 wanita dan anak-anak hancur. Itu sudah cukup untuk mematahkan perlawanan mereka.

    Abu Musab Huthaifa

    “Setelah 10 jam, negosiasi dimulai lagi. Mereka yang awalnya menolak gencatan senjata mengubah pikiran mereka. Dan dengan demikian kami meninggalkan Raqqa, “kata Abu Musab.

    Ada tiga usaha sebelumnya untuk menegosiasikan kesepakatan damai. Sebuah tim beranggotakan empat orang, termasuk pejabat Raqqa setempat yang memimpin perundingan. Seseorang akan melewati garis depan di sepeda motornya menyampaikan pesan.

    “Kami hanya harus pergi dengan senjata pribadi kami dan meninggalkan semua senjata berat di belakang. Tapi kami tidak memiliki senjata berat, “kata Abu Musab.

    Sekarang di penjara di perbatasan Turki-Suriah, dia telah mengungkapkan rincian tentang apa yang terjadi pada konvoi tersebut saat berhasil masuk ke wilayah ISIS.

    Dia mengatakan konvoi tersebut pergi ke daerah pedesaan Suriah timur, tidak jauh dari perbatasan dengan Irak. “Ribuan orang berhasil lolos,” katanya.

    Pelarian yang dilakukan oleh Abu Musab sendiri merupakan peringatan ke Barat tentang ancaman dari orang-orang yang dibebaskan dari Raqqa. Bagaimana mungkin salah satu pemimpin ISIS yang paling terkenal melarikan diri melalui wilayah musuh dan hampir tidak tertangkap. “Saya tetap bersama kelompok yang telah memutuskan untuk pergi ke Turki,” kata Abu Musab.

    Anggota ISIS juga harus melewati wilayah yang tidak bersahabat. “Kami menyewa seorang penyelundup untuk menavigasi kami dari daerah yang dikendalikan SDF,” kata Abu Musab.

    Awalnya berjalan lancar. Tapi penyelundup adalah profesi yang tidak bisa diandalkan. “Dia meninggalkan kita di tengah jalan. Kami dibiarkan berjuang  sendiri di tengah-tengah daerah SDF. Sejak saat itu, kami bubar dan setiap orang berjuang untuk dirinya sendiri, “kata Abu Musab.

    Dia mungkin berhasil mencapai wilayah keamanan jika saja dia membayar orang yang tepat atau mungkin mengambil rute yang berbeda.

    Jalan lainnya adalah ke Idlib, di sebelah barat Raqqa. Para pejuang ISIS yang tak terhitung jumlahnya dan keluarga mereka telah menemukan tempat berlindung di sana. Orang asing juga berhasil keluar – termasuk orang Inggris, orang Eropa dan Asia Tengah lainnya. Biaya berkisar antara US$ 4.000 atau sekitar Rp54 kita per satu orang sampai $ 20.000 atau sekitar Rp271 juta untuk keluarga besar.

    Abu Basir al-Faransy, seorang pemuda Perancis, yang semula di Raqqa kini di Idlib, di mana dia bilang dia ingin tinggal.

    “Kami adalah pejuang garis depan, berperang hampir terus-menerus [melawan orang Kurdi], menjalani kehidupan yang sulit. Kami tidak tahu Raqqa akan dikepung. ”

    Karena kecewa, lelah menghadapi pertempuran terus-menerus dan takut akan hidupnya, Abu Basir memutuskan untuk menuju Idlib. Dia sekarang tinggal di kota.

    Akhirnya banyak yang tersembunyi di balik puing-puing Raqqa dan kebohongan seputar kesepakatan ini bisa dengan mudah dikubur di sana juga. Jumlah yang meninggalkan jauh lebih tinggi daripada yang diwakili oleh tetua suku setempat. Awalnya koalisi menolak untuk mengakui sejauh mana kesepakatan tersebut.

    Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin Kurdi terus mengatakan bahwa tidak ada kesepakatan yang dilakukan dan mereka menyebut konvoi itu adalah membebaskan sandera sipil. Sejauh menyangkut koalisi, tidak ada transfer sandera dari ISIS ke koalisi atau tangan SDF.

    Dan meski ada penolakan koalisi, puluhan pejuang asing, menurut saksi mata, bergabung dalam eksodus tersebut.

    Amerika dan koalisinya menyebut perang melawan ISIS memiliki tujuan kembar: pertama menghancurkan ISIS dan kedua mencegah serangan teror di dunia di luar Suriah dan Irak. Dan mungkin ISIS memang sudah lumpuh di Irak dan suriah, tetapi mereka  kini tersebar di mana-mana.

    Share this
    Tags

    Must-read

    Sebagian Misi Kami Melawan Channel Maling Berhasil

    Sekitar 3 tahun Channel JejakTapak di Youtube ada. Misi pertama dari dibuatnya channel tersebut karena banyak naskah dari Jejaktapak.com dicuri oleh para channel militer...

    Rudal Israel dan Houhti Kejar-kejaran di Langit Tel Aviv

    https://www.youtube.com/watch?v=jkIJeT_aR5AKelompok Houthi Yaman secara mengejutkan melakukan serangan rudal balistik ke Israel. Serangan membuat ribuan warga Tel Aviv panic dan berlarian mencari tempat perlindungan. Serangan dilakukan...

    3 Gudang Senjata Besar Rusia Benar-Benar Berantakan

    Serangan drone Ukraina mengakibatkan tiga gudang penyimpanan amunisi Rusia benar-benar rusak parah. Jelas ini sebuah kerugian besar bagi Moskow. Serangan drone Ukraina menyasar dua gudang...

    Recent articles

    More like this