Meski Sulit, Saab Masih Berharap Bisa Menjual Gripen C
Gripen

Meski Sulit, Saab Masih Berharap Bisa Menjual Gripen C

Kesepakatan Saab dengan Bulgaria untuk penjualan Gripen C telah gagal, dan kontrak dengan Slowakia, Kroasia dan Botswana juga jauh dari kejelasan. Namun kepala perusahaan aeronautika asal Swedia tersebut masih berharap dapat menjual jet tempur mereka ke salah satu atau lebih dari negara-negara tersebut.

Bulgaria pada April 2017 lalu mengumumpkan niatnya untuk mengakuisisi delapan Gripen C baru, namun pada bulan September rencana tersebut dibatalkan setelah sebuah komite parlemen menemukan bahwa proses yang menyebabkan pemilihan Gripen tidak adil.

Berbicara kepada Defense News di Dubai Airshow 2017, Jonas Hjelm, Kepala aeronautics Saab, mengatakan bahwa dia yakin Gripen C masih merupakan pilihan terbaik untuk program tempur Bulgaria. Jet tempur Swedia tersebut awalnya berkompetisi melawan dua pesawat bekas yakni F-16 dari Portugal dan Eurofighter Typhoons yang sebelumnya dimiliki oleh Italia.

“Saya pikir apa yang Bulgaria katakan adalah bahwa mereka ingin mengulang prosesnya, yang tentu saja merupakan kekecewaan bagi kami, karena kami mengerti bahwa kami kurang terpilih, namun dalam pikiran kami jika mereka memulai kembali prosesnya, jelas kami berharap bisa mengikuti kompetisi lagi,” katanya dalam  wawancara Minggu 12 November 2017. “Kita akan melihat jadwal waktu yang mereka buat.”

Saab juga terus mendiskusikan potensi pembelian Gripen C / D dengan Botswana. Dilaporkan tahun lalu Botswana dan Swedia sedang melakukan negosiasi pembelian antara delapan dan 12 Gripen, namun tidak ada kesepakatan akhir yang dicapai karena ditentang partai-partai oposisi.

“Mereka, sejauh saya tahu, masih tertarik,” kata Hjelm sambil menambahkan pihaknya juga terus melakukan pembicaraan dengan  Kroasia dan Slovakia.

Tak satu pun dari negara-negara tersebut belum membuat keputusan mengenai jet tempur mereka. Kroasia berencana untuk membeli 18 pesawat untuk menggantikan MiG-21, dan menimbang empat tawaran yang mencakup Gripen, F-16 baru dari Amerika Serikat, F-16 bekas dari Yunani dan Israel.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Slowakia Peter Gajdos mengatakan pada bulan September bahwa negara tersebut tidak akan memberikan kontrak kepada Saab atau Lockheed Martin, yang menawarkan F-16, setidaknya sampai enam bulan ke depan. Slowakia berencana membeli 14 pesawat untuk menggantikan armada MiG-29 mereka.  “Kedua negara memiliki proses di mana kita pasti berharap berada di posisi nomor satu,” kata Hjelm.

Meski penjualan Gripen C berjalan lebih lambat dari yang diinginkan, lini produksi Saab tidak akan berhenti karena memiliki pesanan dari Swedia dan Brasil untuk versi generasi berikutnya yang dikenal sebagai Gripen E / F.

Meskipun Timur Tengah bukanlah target utama bisnis Saab Gripen, perusahaan tersebut membawa Gripen C ke Dubai untuk demonstrasi terbang dan tampilan statis karena banyaknya negara yang hadir bai dari Eropa, India dan Afrika. Saab melihat Finlandia dan Swiss sebagai pelanggan potensial untuk Gripen E.

Baca juga:

Saab Sebut Tiga Alasan Kenapa Gripen Cocok untuk Indonesia