BrahMos memiliki kecepatan 3.000 km per detik – secara harfiah lebih cepat dari peluru. Dengan kekuatan kinetiknya saja rudal bisa membelah sebuah kapal perang menjadi dua dan menjadikan target darat porak-poranda.
Ditambah dengan kecepatan Sukhoi akan menambah momentum peluncuran ekstra untuk rudal, kemampuan pesawat untuk menembus pertahanan udara lawan juga berarti ada kesempatan yang lebih besar bagi pilot untuk mengirimkan rudal ke target.
Pakistan dan China tentu saja menjadi salah satu alasan India mengembangkan rudal ini. India memiliki hubungan yang tidak pernah harmonis dengan keduanya. Ketika harus menyerang Pakistan, serangan bisa dilakukan dalam beberapa menit untuk melumpuhkan komando dan kontrol pusat negara; pembangkit listrik tenaga nuklir, termasuk Kahuta ‘Death Star’ di mana sebagian besar bom diproduksi.
Selain itu juga dengan cepat bisa menyerang depot amunisi di Sargodha Central barat dari Lahore di mana hulu ledak disimpan. Sasaran lain yang juga bisa dicapai dari jarak jauh adalah pangkalan rudal balistik di Gujranwala, Okara, Multan, Jhang dan Dera Nawab Shah; markas Angkatan Darat Pakistan di Rawalpindi; Pelabuhan Karachi, dan sejumlah target penting lain.
BrahMos dipersenjatai dengan hulu ledak konvensional hingga tidak ada jaminan target tersebut akan 100 persen hancur kecuali BrahMos menggunakan nuklir.
Sementara terhadap China, tandem Sukhoi-BrahMos akan menjadi pukulan kontra-intuitif terhadap target China yang terletak jauh di pedalaman atau di pantai. Namun, Su-30MKI memiliki jangkauan maksimum 3.000 km dan bisa menjadi 8000 km dengan pengisian bahan bakar di udara. Ditambah dengan jarak tempuh BrahMos sejauh 300 km maka jet tempur India dapat mencapai target 3300 km di China.