Warga Afghanistan yang tinggal di setidaknya tiga desa di distrik Chardara di Provinsi Kunduz Afghanistan dikejutkan dengan serangna mengerikan dari udara pada 3 November 2017 malam.
Dalam upaya untuk mendukung Tentara Nasional Afghanistan yang sedang bertempur dengan Taliban di Kunduz, pesawat tempur Amerika menjatuhkan amunisi pada target yang diyakini oleh pilot sebagai target musuh.
Menurut laporan media, tidak kurang dari 13 warga sipil diyakini terbunuh dalam serangan udara ini. Namun, Amerika membantah dengan mengatakan bahwa investigasi yang dilakukan tidak menunjukkan adanya korban sipil dalam serangan udara malam itu.
Yang jelas, sejap Presiden Amerika Donald Trump mengumumkan strategi barunya di Afghanistan pada musim panas 2017, serangan udara Amerika di wilayah tersebut meningkat. Seiring dengan peningkatan itu juga terjadi lonjakan korban sipil. Salah satu serangan yang mengakibatkan korban tak bersalah terjadi di provinsi Herat dan Logar.
Koalisi dan pemerintah Afghanistan telah mengakui insiden Logar dan Herat dan telah meluncurkan penyelidikan terhadap kedua serangan tersebut.
Pentagon melaporkan bahwa pasukannya telah menjatuhkan 751 amunisi dari ke Taliban, ISIS dan Khorasan pada bulan September 2017. Angka ini meningkat 50 persen selama bulan Agustus.
Warga provinsi Kunduz telah menemukan diri mereka terperangkap di antara gerilyawan dan pasukan pro-pemerintah beberapa kali sejak tahun 2015. Pada akhir 2015, sebuah serangan udara Amerika menargetkan sebuah fasilitas Médecins Sans Frontières di provinsi tersebut, menewaskan 42 warga sipil.
Pada 2016, serangan udara koalisi di provinsi tersebut juga menewaskan 32 warga sipil dan melukai 36 lainnya, terutama wanita dan anak-anak.
Serangan udara telah berkontribusi terhadap korban sipil yang terus meningkat pada tahun 2017. Dalam laporan kuartal ketiga oleh Misi PBB di Afghanistan (UNAMA) menyoroti kekhawatiran tentang terus meningkatnya korban sipil dari serangan udara, terutama di kalangan wanita dan anak-anak.
“Selama sembilan bulan pertama tahun 2017, misi PBB mendokumentasikan 466 korban sipil [205 orang tewas dan 261 terluka], 52 persen peningkatan korban sipil akibat serangan udara dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016,” UNAMA melaporkan.