Pangkalan militer Amerika terbesar di Korea Selatan yang dihuni 26.000 tentara dan anggota keluarga serta petugas sipil dipindahkan telah menempati pangkalan baru. Lokasi baru ini relatif lebih aman karena tidak lagi berada di jangkauan serangan artileri dari Korea Utara.
Atas desakan Korea Selatan, Angkatan Darat Kedelapan Amerika meninggalkan Yongsan Garrison yang menjadi pangkalan militer sebelumnya ke Camp Humphreys di kota Pyeongtaek, 55 mil selatan Seoul dan sekitar 60 mil dari Zona Demiliterisasi yang membelah Korea Utara dan Selatan. Pangkalan ini sudah mulai digunakan sejak Juli 2017 lalu meski belum 100 persen jadi.
Presiden Trump dijadwalkan untuk mengunjungi lahan seluas 3.500 acre di kota Pyeongtaek selama kunjungannya di Korea Selatan pada 5-8 November. Pembangunan pangkalan baru ini menghabiskan anggaran US$10,7 miliar atau sekitar Rp145 triliun
Salah satu alasan pemindahan pangkalan karena jaraknya kali lebih jauh dari Korea Utara dibanding sebelumnya.
Sejak tahun 2003, Korea Selatan dan Amerika telah merencanakan untuk membawa pasukan Amerika keluar dari markas mereka di Camp Yongsan di Seoul di luar jangkauan peluncur roket dan howitzer yang menimbulkan ancaman bagi penduduk metropolitan ibukota 25 juta yang hanya berjarak 35 mil dari DMZ.
USA Today melaporkan Senin 6 November 2017, pada tahun 2020, jumlah tentara dan penduduk sipil yang tinggal dan bekerja di sini diperkirakan akan meningkat menjadi 42.000.
Dengan melakukan relokasi, militer mengatakan bahwa mereka memiliki lebih banyak waktu untuk bereaksi terhadap skenario yang membutuhkan hitungan menit.
“Ketika Anda melihat artileri jarak jauh Korea Utara dan Anda memikirkan rudal balistik yang melintas, Anda mungkin hanya memiliki beberapa jam untuk merespons ancaman dunia nyata,” kata Kolonel Kimeisha McCullum, juru bicara untuk Angkatan Darat Kedelapan Amerika.
Letnan Kolonel Richard Tucker, Wakil Komandan komandan Brigade Penerbangan Tempur Kedua, mengatakan bahwa meskipun terjadi kenaikan suhu dengan Korea Utara, pasukan di sini belum mempertimbangkan keadaan kesiapan yang tinggi.
“Keadaan kesiapan sudah melekat,” kata Tucker. “Ketika kita berlatih naik dari tempat tidur ke pesawat terbang, entah itu latihan atau kehidupan nyata, kita semua melakukan hal yang persis sama. ”
Angkatan Darat Kedelapan berlatih lebih dari sekadar pertempuran. Jika terjadi keruntuhan rezim Korea Utara, pasukan bersiap untuk mengamankan persediaan senjata nuklir dan kimia Korea Utara.
Mereka juga bertanggung jawab untuk mengevakuasi orang-orang Amerika yang tidak berperang keluar dari Korea selama perang atau bencana lainnya. Latihan evakuasi berskala besar yang disebut Courageous Channel telah diadakan pada akhir Oktober, namun militer menekankan bahwa ini adalah latihan rutin yang direncanakan sebelumnya.
“Meskipun tidak secara langsung terkait dengan peristiwa geopolitik saat ini, pasukan kita harus siap di semua area,” kata Jenderal Vincent Brooks, Komandan Pasukan Amerika- Korea, mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Bob McElroy, juru bicara Garnisun Humphreys Amerika Serikat mengatakan pembangunan pangkalan baru tersebut telah sekitar 80%. Awalnya diperkirakan akan dibuka pada tahun 2008 tetapi kepindahan ke Camp Humphreys telah tertunda karena masalah pendanaan dan konstruksi.
Pangkalan menawarkan fasilitas komunikasi dan pelatihan berteknologi tinggi terbaru. Tapi karena kemampuan Korea Utara telah berevolusi, Camp Humphreys tidak sepenuhnya berada di luar jangkauan ancaman.
Menurut Bruce Bennett, seorang peneliti senior pertahanan dan pakar Korea Utara di RAND Corp mengatakan Korea Utara telah menambahkan senjata baru roket 300mm yang dapat menempuh jarak 120 mil, cukup jauh untuk mencapai Humphreys.
“Kami tidak tahu banyak tentang berapa banyak roket yang telah tersedia di Korea Utara, jadi besarnya ancaman tidak pasti,” kata Bennett.
“Roket ini bisa membawa senjata kimia tapi terlalu kecil untuk membawa nuklir. Tentu saja, Scud Korea Utara dan rudal balistik jarak jauh semua bisa mencapai Camp Humphreys. “