Dalam Ketidakberdayaan, Taiwan Terus Berjuang Melawan China
Kapal Selam Hai Pao Taiwan /New York Times

Dalam Ketidakberdayaan, Taiwan Terus Berjuang Melawan China

Hai Pao, salah satu dari empat kapal selam Angkatan Laut Taiwan, mulai beroperasi sebagai Tusk, sebuah kapal Amerika yang diluncurkan pada Agustus 1945 atau akhir Perang Dunia II. Kapal selam saudaranya, Hai Shih, setahun lebih tua.

Hari ini kedua kapal tersebut tidak ada yang bisa menembakkan torpedo. Kemampuannya sebatas meletakkan ranjau laut. Tidak salah jika Menteri Pertahanan Taiwan Feng Shih-kuan menyebutnya kapal itu sebagai salah satu museum.

Tetapi Hai Pao  yang masih menggunakan  mesin kuno dan alat kuningan dengan jarum untuk mengukur kecepatan dalam knot  malah akan tetap beroperasi sampai dia melewati ulang tahunnya yang ke 80. Ini menjadi gambaran ironisme dari sebuah militer yang dulu merupakan salah satu negara terkuat di Asia.

Armada kapal selam Taiwan yang menua hanyalah salah satu masalah yang menyebabkan kekuatan mereka telah njomplang apalagi dibandingkan dengan China yang di bawah Presiden Xi Jinping telah melakukan modernisasi militer secara masif.

Bagian dalam Kapal Selam Hai Pao Taiwan /New York Times

Sebaliknya, angkatan bersenjata Taiwan harus berjuang untuk merekrut cukup banyak tentara dan pelaut dan tentu saja untuk melengkapi mereka dengan senjatayang. Kendala utama adalah bahwa banyak negara yang enggan menjual senjata ke Taiwan karena khawatir akan mengganggu hubungan mereka dengan Beijing.

Apa yang dialami Taiwan bisa menjadi  peringatan untuk negara lain seperti Jepang, Korea Selatan, Vietnam dan negara-negara lain di kawasan ini termasuk Indonesia yang juga dengan hati-hati menyaksikan kemampuan militer China yang terus meningkat.

“Seekor ular kecil tidak membuat kodok, ayam dan itik di dekatnya merasa terancam,” kata Feng, menteri tersebut, dalam sebuah wawancara, “Tetapi ketika tumbuh menjadi ular piton, bahkan babi, sapi, kuda, dan kambing di dekatnya merasa terancam hidup mereka. ”

Taiwan semakin gelisah dengan ketidakpastian  kebijakan Amerika Serikat di bawah Presiden Trump. Saat dia melakukan kunjungan pertamanya ke Asia, sekutu dan lainnya akan mencari sinyal tentang kedalaman komitmen militer Amerika terhadap wilayah tersebut.

Ketika dia masih menjadi presiden terpilih,  Trump awalnya memberi isyarat pelukan ke Taiwan dengan  menerima telepon ucapan selamat dari presidennya, Tsai Ing-wen. Ini belum pernah terjadi di era sebelumnya. Tetapi setelah menjabat, dia telah menunjukkan lebih banyak rasa hormat kepada China dengan harapan dapat memenangkan dukungannya dalam kebuntuan nuklir dengan Korea Utara.

Ketika pemerintah Trump menyetujui sebuah paket penjualan senjata baru ke Taiwan pada musim panas ini, harganya terbilang kecil yakni sekitar US $ 1,4 miliar, atau lebih rendah dari era Obama sebesar US$ 1,8 miliar dua tahun lalu. Penjualan tersebut mencakup rudal, peralatan radar dan perlengkapan militer lainnya, namun mereka menghentikan beberapa sistem utama yang bisa memberi Taiwan keunggulan nyata.

“Pelemahan komitmen pertahanan Amerika adalah yang paling dikhawatirkan oleh Taiwan,” kata Lu Cheng-fu, asisten profesor di Universitas Quemoy Nasional di Kinmen, sebuah pulau yang dipegang oleh Taiwan yang hanya berjarak empat mil dari pantai China.

“Kami perlu menahan serangan militer China selama dua minggu dan menunggu bantuan dari Amerika Serikat atau masyarakat internasional,” kata Lu  menggemakan sebuah strategi yang telah menjadi inti doktrin pertahanan Taiwan selama beberapa dekade.

China tidak merahasiakan keinginannya untuk menguasai Taiwan, dan militer China secara rutin melakukan latihan militer dengan skenario untuk menyerang Taiwan. Militer China bahkan telah membuat replika berukuran penuh dari bangunan kepresidenan Taiwan di basis pelatihan militer terbesarnya di daratan China.

Angkatan bersenjata China sejak lama jumlahnya melebihi jumlah dan jumlah militer Taiwan. Berdasarkan laporan tahunan Pentagon terbaru tentang kekuatan militer China menyebutkan Beijing saat ini memiliki 800.000 tentara tempur aktif di pasukan daratnya, dibandingkan dengan 130.000 di Taiwan. Anggaran China tahun lalu adalah US$ 144 miliar jauh melebihi Taiwan yang hanya US$ 10 miliar. Hanya Amerika dengan anggaran mencapai US$700 miliar yang mengalahkan China.

Untuk mempertahankan diri, Taiwan mengandalkan geografi – sebuah pulau utama bergunung-gunung yang terletak 80 mil melintasi selat dan tentu saja dukungan dari Amerika Serikat.

Namun dalam laporan Pentagon disebutkan modernisasi militer China telah mengikis atau meniadakan banyak keuntungan historis Taiwan.

Undang-undang Hubungan Taiwan pada tahun 1979 mewajibkan Amerika Serikat untuk mempertahankan kedaulatan pulau tersebut, dengan memberikan “barang-barang pertahanan dan layanan pertahanan  dalam jumlah yang diperlukan” bagi Taiwan untuk melindungi dirinya sendiri.

Meski Taiwan masih memiliki dukungan vokal di Washington, terutama di Kongres, kenaikan ekonomi dan militer China telah membuat lebih sulit bagi Amerika Serikat untuk mengabaikan Beijing.

NEXT: DULU GERTAKAN AMERIKA MASIH MANJUR