Lho, Amerika Malah Bangun Pangkalan Militer di Suriah
Pasukan Amerika di Suriah

Lho, Amerika Malah Bangun Pangkalan Militer di Suriah

Amerika dikabarkan telah membangun sebuah pangkalan militer di Kota Raqqa Suriah yang baru saja dibebaskan dari ISIS. Padahal, Washington tidak pernah sekalipun mendeklarasikan peran dengan Suriah serta tidak pernah mendapatkan izin dari Damaskus untuk mengerahkan kekuatannya.

Pejabat senior Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang berbicara dengan syarat anonym mengatakan menyambut baik keputusan Amerika tersebut.

“Amerika Serikat sedang membangun pangkalan militer di daerah yang dibebaskan oleh pasukan kita dari teroris. Kami menganggapnya sebagai strategi yang tepat. Baru-baru ini, Amerika menciptakan sebuah pangkalan militer di pintu masuk wilayah Raqqa, di lingkungan Jezra,” kata pejabat tersebut.

Dia menjelaskan bahwa lingkungan tersebut dipilih oleh  Amerika karena sedikit mengalami kerusakan saat operasi militer di Raqqa dan sekarang dapat dilihat sebagai kawasan teraman di kota ini. Selain itu, tidak ada perangkap atau bahan peledak di Jezra.

“Pangkalan dan wilayah yang berdekatan dapat dilindungi dengan aman oleh tentara Amerika. Tak seorang pun, kecuali tentara dan pejuang SDF ini, memiliki akses ke pangkalan tersebut,” pejabat tersebut menyimpulkan.

Dalam sebuah wawancara dengan Sputnik Jumat 3 November 2017, Muhammad Kheir al-Akkam, profesor hubungan internasional di Universitas Damaskus, secara khusus menunjuk pada “langkah terkoordinasi Amerika untuk menggantikan ISIS dengan SDF” di Suriah.

Al-Akkam menuduh Amerika menggunakan alasan memerangi terorisme dan mendanai ISIS dan SDF. Dia menekankan bahwa “AS tidak menginginkan perang Suriah berakhir sampai tujuan mereka tercapai.”

Dalam perkembangan lain pada hari Jumat, Pusat Rekonsiliasi Rusia untuk Suriah mengatakan bahwa Amerika telah mendirikan sebuah pangkalan militer di dekat kota At Tanf di perbatasan Suriah-Irak tanpa izin pemerintah Suriah dan melarang siapapun untuk datang dalam jarak 55 kilometer.

Menurut lembata itu, jarak dekat dengan kamp pengungsi Rukban menghalangi akses kemanusiaan dan dapat dianggap sebagai kejahatan perang.

Pada tanggal 20 Oktober, Washington mengumumkan pembebasan Raqqa. Presiden Amerika Donald Trump menyebut operasi untuk membebaskan kota ini sebagai “terobosan penting” dan menyebutnya sebagai transisi ke fase baru.