Untuk membangun kekuatan udara, sebuah negara harus menyediakan anggaran yang tidak sedikit, bahkan sangat mahal. Apalagi jika harus membeli jet-jet tempur canggih dan paling modern. Bagi negara-negara dengan ekonomi pas-pasan, jelas ini menjadi pekerjaan berat.
Kerap juga muncul masalah, jet tempur mahal tidak sebanding dengan ancaman yang dihadapi sebuah negara. Banyak negara yang memiliki ancaman rendah sehingga jika membeli pesawat mahal sama saja dengan buang-buang uang. Pada kondisi ini, pesawat tempur murah masuk ke pasar dan menjadi pilihanbanyak negara.
Bahkan Amerika sekarang sedang menguji sejumlah pesawat murah dalam program AO-X. Pesawat yang akan lebih pas untuk melawan kekuatan non negara yang kebanyakan hanya bersenjata AK-47. Bayangkan saja, untuk melawan mereka Amerika harus mengerahkan jet-jet tempur super mahal seperti F-16, F-15 bahkan F-22 Raptor.
Salah satu pesawat tempur murah yang sempat mencuri perhatian adalah Textron Scorpion. Pesawat dengan biaya $20 juta saja. Tidak lebih dari seperlima biaya yang dibutuhkan untuk F-35. Pesawat ini pun menarik perhatian banyak negara meski sampai saat ini belum ada yang secara pasti membeli.
Presiden Textron Airland Bill Anderson pernah mengatakan, dalam beberapa dekade pengembangan pesawat tempur selalu fokus pada pesawat mahal bahkan super mahal. Lihat saja pada F-35 dan F-22 Raptor, Eurofighter Typhoon atau Boeing F / A-18.
Namun dari sisi ekonomi, pesawat-pesawat tersebut telah memunculkan masalah. Apalagi untuk negara-negara yang ekonominya cekak, untuk negara besar di Eropa saja untuk membeli pesawat semalah itu benar-benar harus berpikir keras terlebih dahulu.

Textron bukan satu-satunya yang menciptakan teknologi untuk mengatasi masalah ini. Sejumlah jet tempur dengan biaya rendah juga sedang dibangun untuk kemudian dengan biaya rendah bisa bergabung ke layanan militer di sejumlah negara.
China misalnya, mengembangkan jet tempur JF-17 yang dibangun dengan Pakistan. Harganya juga dibanderol pada US$ 20 juta. Sementara itu, Rusia juga memiliki Yak-130, juga telah disebut-sebut sebagai pesawat penerbangan murah untuk melaksanakan segala misi pertempuran dan pengintaian.

Prototipe jet tempur L-15B yang dibangun China juga baru saja melakukan debut besar dalam sebuah upacara belum lama ini. Angkatan Udara China dan dan Grup Industri Penerbangan Hongdu memiliki harapan tinggi pada pesawat tempur ringan multi peran ini.
Pesawat ini memang bukan siluman sebagaimana tren yang berkembang saat ini. Bahkan L-15B, meski diturunkan dari pesawat tempur latih, masih akan lebih mampu dibandingkan pesawat J-7 era Perang Dingin dan jet serangan Q-5 yang kemungkinan akan digantikannya. Jelas pesawat ini jauh lebih murah baik dalam harga maupun biaya operasi.

A-29 Super Tucano juga masuk kategori pesawat murah. Super Tucano merupakan pesawat propeller-driven yang digunakan secara luas di Afrika, Amerika Latin dan beberapa tempat lain, termasuk Indonesia dan Afghanistan.
Pesawat diproduksi oleh Embraer S.A. (EMBR3.SA), milik seorang konglomerat aerospace Brasil. Sebuah lini produksi kedua ada di Florida, Amerika dalam kemitraan antara Sierra Nevada Corp.
tucano 1
Lebih dari 200 Super Tucano dioperasikan oleh 10 negara. Pesawat ini digunakan untuk pelatihan dan keamanan, pengawasan, pengintaian dan misi kontra-pemberontakan.
Ada sejumlah kondisi pelanggan potensial untuk pesawat seperti Scorpion dan sekelasnya yang memiliki kecepatan tertinggi sekitar 520mph. Yang pertama adalah kekuatan udara yang menginginkan pesawat jet kecil yang mampu melaksanakan berbagai misi pertempuran dan intelijen yang lebih baik dari yang mereka miliki sekarang ini.
Banyak negara yang hingga saat ini masih mempertahankan pesawat-pesawat tua. Terutama negara-negara di Afrika dan Amerika Latin serta Asia.

Yang kedua adalah negara-negara yang sudah memiliki, atau sedang mengembangkan, pasukan tempur high-end. Tetapi mereka hanya membeli sedikit pesawat mahal tersebut dan sebagian besar kebutuhan kekuatan udara mereka dibebankan pada pesawat yang lebih low end untuk misi sederhana dalam lingkungan berisiko rendah.
Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana caranya bisa membuat pesawat dengan teknologi tinggi tetapi dengan biaya rendah??