Iran memamerkan sebuah rudal balistik saat ribuan orang berbaris memperingati ulang tahun perebutan kedutaan AS di tahun 1979 Sabtu 4 November 2017. Sementara seorang pejabat senior Teheran menyebut Presiden Donald Trump “gila” dalam menghadapi konfrontasi dengan Teheran.
Jumlah peserta memperingati pengambilalihan kedutaan, sebuah peristiwa penting Revolusi Islam, kali ini lebih banyak dibandingkan dibanding tahun-tahun sebelumnya ketika Amerika dipimpin Trump Barack Obama.
Sebagai tanda perlawanan kepada Amerika sebuah rudal balistik Ghadr dengan jarak tempuh 2.000 km (1.240 mil) dipamerkan di dekat bekas kedutaan besar Amerika di Teheran yang sekarang menjadi pusat kebudayaan.
“Amerika menganggap Iran akan mengesampingkan kekuatan militernya adalah mimpi kekanak-kanakan,” kata Brigadir Jenderal Hossein Salami, Wakil Kepala Garda Revolusi yang mengawasi pembangunan rudal tersebut sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Iran Tasnim.
Kantor berita Fars mengeposkan gambar demonstran di dekatnya sambil membakar patung Trump dan membawa tulisan yang berarti “Death to America”.
Iran dan Amerika Serikat memutuskan hubungan diplomatik segera setelah revolusi 1979, di mana mahasiswa garis keras merebut kedutaan dan menahan 52 orang Amerika selama 444 hari.
Bulan lalu, Trump melawan barisan sekutu Eropa, Rusia dan China dengan menolak untuk mengesahkan kembali kepatuhan Iran terhadap kesepakatan nuklir 2015 dengan kekuatan dunia, yang dicapai selama masa jabatan Obama. Iran telah menegaskan kembali komitmennya terhadap kesepakatan tersebut dan inspektur PBB telah memverifikasi Teheran mematuhi persyaratannya, namun Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah mengancam untuk “menghancurkan” pakta tersebut jika Amerika Serikat menariknya keluar.
“Semua pemerintah memastikan bahwa presiden Amerika adalah orang gila yang membawa orang lain ke arah tindakan bunuh diri,” kata Ali Shamkhani, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi, dalam peringatan tersebut.
“Kebijakan Trump terhadap rakyat Iran telah membawa mereka ke jalan-jalan hari ini,” kata Shamkhani.
Dia tidak menyebutkan siapa yang dimaksud dengan ‘semua pemerintah’ namun kemungkinan mengarah pada Rusia, China, Inggris, Prancis dan Jerman yang telah menyuarakan kegelisahan atas penolakan Trump terhadap kesepakatan itu, karena khawatir hal ini dapat menimbulkan ketidakstabilan baru di Timur Tengah.
Shamkhani berbicara beberapa hari setelah Khamenei mengatakan bahwa Amerika Serikat adalah “musuh nomor satu” Iran.
Ketegangan Amerika-Iran semakin meningkat pada saat Tehran telah memperbaiki hubungan politik dan militer dengan Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi Teheran pada hari Rabu. Khamenei mengatakan kepadanya bahwa Teheran dan Moskow harus meningkatkan kerja sama untuk mengisolasi Amerika Serikat dan membantu meredakan konflik di Timur Tengah.