Rusia telah merencanakan untuk meluncurkan dua kapal selam diesel kelas Lada tambahan, dua dekade setelah kapal pertama St. Petersburg mulai dibangun. Media Rusia dengan hati-hati tidak menulis bahwa kapal baru ini akan memiliki kekurangan karena tidak memiliki teknologi Air Independent propulsion (AIP) yang menjadi standar kecanggihan kapal selam diesel listrik modern.
Berbeda dengan Amerika yang telah meninggalkan kapal selam konvensional, Rusia masih mempertahankan untuk membangun jenis ini selain tetap membangun kapal selam nuklir. Ada banyak alasan kenapa Rusia memilih jalur yang berbeda. Selain karena mahalnya kapal selam nuklir, kapal selam diesel listrik sudah sangat mencukupi untuk beroprasi di dekat rumah sendiri.
Sejak awal kelemahan dari kapal selam konvensional dibandingkan dengan nuklir adalah keterbatasan dalam hal kemampuan menyelam. Kapal selam ini harus secara berkala muncul ke permukaan untuk mengisi baterainya dengan menggunakan diesel. Akibatnya mereka sangat berisiko terdeteksi lawan. Sementara kapal selam nuklir nyaris tidak memiliki batasan berapa lama mereka berendam.
Tetapi, kapal selam baru pada tahun 1990an dan 2000an memperkenalkan berbagai sistem AIP yang memungkinkan mereka beroperasi dengan lebih tenang dan lebih lama di bawah air. Mereka bisa menyelam dalam beberapa minggu, tidak beberapa hari seperti kapal selam tanpa AIP. Jerman, Perancis, Swedia, Jepang dan China semuanya telah berhasil membangun kapal selam AIP, dan menjualnya ke sejumlah negara tambahan.
Rusia juga berusaha untuk membangunnya, tetapi ternyata belum berhasil. Termasuk ke kelas Lada,, Pada tahun 1997, lambung kapal Saint Petersburg dibaringkan [mulai dibangun] oleh galangan kapal Admiralty. Ini menjadi kapal pertama dari Project 677 kelas Lada. Dua kapal tambahan dibaringkan pada tahun 2005 dan 2006 yang disebut Kronstadt dan Veliye Luki, sebelumnya bernama Sevastopol.
Kelas Lada dimaksudkan untuk menjadi penerus generasi keempat dari kapal selam diesel kelas Kilo yang sangat sukses, lebih dari 50 di antaranya telah dibangun dalam tiga varian dan digunakan Rusia, China, Vietnam, Aljazair, Polandia dan Iran.
Project 636 dan 636.3 atau Advanced Kilo Kilo termasuk di antara kapal selam diesel paling tenang di dunia. Bahkan dikabarkan lebih baik dibandingkan kapal selam nuklir Kelas Los Angeles dalam hal tingkat kebisingan.
Pada bulan Desember 2015, kapal Kelas Kilo, Rostov-on-Don menjadi kapal selam Rusia pertama sejak Perang Dunia II yang melakukan serangan ke medan perang dengan meluncurkan rudal jelajah Kalibr menargetkan pemberontak Suriah.
Insinyur Rusia berjanji bahwa Lada akan 50 persen lebih tenang dibandingkan Kilo. Saint Petersburg akhirnya diluncurkan pada tahun 2004, dan sampai hari ini ntetap beroperasi sebagai test bed. Kapal selam sepanjang 67 meter itu jauh lebih kecil daripada Kilo, dengan bobot 1.765 ton, dan dioperasikan oleh hanya oleh 35 sampai 38 awak.
Enam tabung 533 milimeter dengan 18 torpedo atau rudal merupakan persenjataannya, dan tidak seperti hampir semua kapal selam Rusia sejak Perang Dunia II, ini adalah kapal selam dengan konstruksi single-hulled.
Fitur lainnya termasuk bow-mounted sonar Liara, sistem manajemen tempur Letiya (“Lithium”), sensor untuk mendeteksi emisi elektromagnetik, baling-baling berbilah tujuh dengan vortex-cancelling hub, dan lapisan anti-sonar khusus yang disebut Molniya (“petir.”)
Kapal selam rencananya akan menggunakan AIP hidrogen-oksigen yang disebut sebagai inovasi kunci. Menurut media rusia AIP hydrogen-oksigen mengubah bahan bakar diesel menjadi hidrogen untuk listrik.
Perancang Rusia berpendapat bahwa ini lebih baik daripada generator AIP Stirling dan MESMA, yang memiliki bagian yang bergerak hingga menghasilkan kebisingan, dan teknologi sel bahan bakar hidrogen yang lebih tenang yang digunakan di kapal selam Jerman, yang memerlukan penyimpanan sel hidrogen yang mudah terbakar.
Ini mungkin merupakan kekhawatiran Rusia mengingat frekuensi kebakaran mematikan pada kapal selam Rusia dan Soviet selama ini.
China, yang mengoperasikan kapal kelas kelas Yuan yang menggunakan AIP Stirling, menyatakan bahwa mereka tertarik untuk membeli empat Lada. Galangan kapal Admiralty juga mengambang kemungkinan varian eksport yang lebih kecil dengan 21 kru yang dikenal sebagai Amur-950. Kapal ini menarik minat dari Maroko dan ditawarkan ke India untuk program Project 75I.