Taliban terus bangkit dan merangsek untuk merebut sejumlah wilayah menjadikan pengaruh mereka terus meluas dalam enam bulan terakhir. Amerika tentu menyebutnya hal ini sebagai hal yang membahayakan.
Sebuah badan pengawas Amerika melaporkan pada Selasa 31 Oktober 2017, apa yang terjadi di Afghanistan sekarang ini menjadi tanda bahwa ribuan tentara baru yang akan dikirim Amerika ke negara tersebut dalam risiko sangat tinggi.
Menurut laporan Special Inspector General for Afghanistan Reconstruction, atau SIGARP pada Agustus 2017, 13 persen dari 407 distrik di Afghanistan berada di bawah kendali atau pengaruh Taliban. Jumlah ini meningkat dibandingkan Februari yang mencapai 11 persen. Itu berarti 700.000 orang lainnya sekarang tinggal di distrik di mana Taliban memiliki pengaruh.
Situasi keamanan Afghanistan yang memburuk juga ditunjukkan dengan semakin tingginya serangan termasuk bom bunuh diri. Terakhir seorang pembom bunuh diri di ibukota, Kabul, membunuh sebanyak delapan orang dan melukai banyak lainnya.
Keamanan telah ditingkatkan menyusul serangan bom truk dahsyat di luar kedutaan besar Jerman pada 31 Mei yang menewaskan setidaknya 150 orang, dengan serangkaian hambatan dan pos pemeriksaan di wilayah pusat kota.
Pejabat keamanan Afghanistan dan Barat mengatakan dalam beberapa hari ini bahwa mereka memperkirakan akan lebih banyak serangan di Kabul sebagai tanggapan dari Taliban atas semakin meningkatnya serangan udara Amerika.
Peningkatan dalam kampanye serangan udara Amerika dalam beberapa bulan terakhir adalah bagian dari strategi baru yang bertujuan untuk memukul mundur Taliban dan memaksa pemberontak untuk melakukan perundingan damai dengan pemerintah Afghanistan.
Laporan SIGAR juga mengatakan bahwa telah terjadi peningkatan 52 persen korban sipil karena serangan koalisi dan serangan udara Afghanistan dalam sembilan bulan pertama tahun 2017 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016.