Pemerintah Perancis telah menggelontorkan dan sedikitnya 500.000 euro atau hampir Rp8 miliar kepada orang-orang yang menjadi anggota ISIS dan ikut bertarung di Irak serta Suriah. Kenapa bisa begitu?
Pekan lalu, Le Figaro menerbitkan sebuah publikasi hasil penyelidikan oleh sekelompok peneliti Perancis yang telah mengekspos banyak skema penipuan terkait tunjangan kesejahteraan sosial. Penyelidikan itu menemukan 20 persen warga Perancis yang bergabung dengan ISIS dan di Suriah dan Irak masih menerima tunjangan keluarga pada periode antara 2012 dan 2017.
“Kami melihat ini seperti tidak mungkin, tapi, sayangnya, ini adalah kebenaran dan kami tidak lagi membingkai ini sebagai asumsi,” kata Thierry Mariani, seorang anggota parlemen dari partai Partai Republik kepada Sputnik France.
Pada bulan Oktober 2014, Mariani dan koleganya Alain Marsaud mengusulkan sebuah resolusi di Majelis Nasional untuk meminta penyelidikan atas penyalahgunaan dana sosial oleh mereka yang bergabung dengan ISIS.
Marsaud, yang merupakan mantan penyidik antiterorisme, menegaskan bahwa daftar orang-orang yang menerima tunjangan sosial harus diperiksa oleh petugas keamanan. Namun, Kementerian Dalam Negeri, yang dipimpin oleh Bernard Cazeneuve saat itu, menolak usulan tersebut sebagai hal yang “tidak masuk akal.”
“Kami memiliki informan anonim, termasuk teller di agen sosial, yang memiliki banyak pertanyaan mengenai orang-orang tertentu yang menerima tunjangan. Lagipula, saya pernah ke Suriah beberapa kali dan ada orang-orang menemukan dokumen dari warga Perancis dan bahkan warga Tunisia yang membuktikan bahwa mereka menerima tunjangan sosial di Perancis,” kata Mariani.
Seorang sumber di tim investigasi mengatakan kepada Le Figaro penipuan tunjangan sosial ini dimungkinkan karena mereka yang bergabung dengan ISIS memiliki kartu identitas penerima bantuan termasuk anak-anaknya hingga terus menerima tunjangan mereka.
Dalam beberapa kasus, uang pembayar pajak yang berakhir di kantong anggota ISIS tidak hanya digunakan untuk biaya pertempuran di Irak atau Suriah. Sebagai contoh Salah Abdeslam, yang bekerja sebagai co-manager di sebuah bar di Molenbeek, terus menerima tunjangan pengangguran dari pemerintah Belgia. Menurut sebuah laporan oleh The Wall Street Journal, secara khusus, dia menggunakan uang tersebut untuk membantu mengorganisir serangan teroris di Paris pada bulan November 2015 dan di Brussels pada bulan Maret 2016.
Menurut Mariani, kecurangan dengan tunjangan sosial Prancis dan tunjangan juga sering terjadi di luar kasus ISIS, termasuk di kalangan warga Perancis yang tinggal di luar negeri.
“Saya menemukan bahwa adalah mungkin untuk tinggal di luar negeri selama satu setengah tahun, dan menanggapi surat-surat melalui email seperti jika Anda berada di Perancis dan masih menerima tunjangan selama 18 bulan ini, tanpa kontrol. Ada ribuan yang melakukan itu, ” katanya.
Dia menambahkan bahwa tidak perlu menemukan skema yang rumit untuk melakukan penipuan ini karena aturan yang sangat longgar. Mariani memberikan contoh betapa sederhananya untuk menerima tunjangan pengangguran, “Anda bisa berada di antah berantah di Suriah atau di negara Afrika atau Asia, tapi yang perlu Anda lakukan hanyalah mengisi formulir secara online, terlalu banyak orang yang menganggur dan pekerja sosial tidak dapat mengatasinya. Akibatnya, hampir tidak ada kontrol,” katanya.