Mimpi Indah Kurdi Selalu Diganjal Pengkhianatan Barat
Peshmerga, Pasukan Kurdi Irak

Mimpi Indah Kurdi Selalu Diganjal Pengkhianatan Barat

Mulla Mustafa Barzani

Barzani muda telah terbiasa dengan salah satu tema populer dalam sejarah Kurdi yakni pengkhianatan oleh kekuatan regional dan Barat.

Diasingkan dan sekarat karena kanker di sebuah rumah sakit di Washington pada tahun 1976, Mulla Mustafa menyesal bahwa dia pernah mempercayai Amerika Serikat.

Setahun sebelumnya, Mulla Mustafa telah bertempur dalam perang gerilya melawan Baghdad yang didukung oleh Syiah Iran pro Barat, namun dia dikhianati. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Henry Kissinger menengahi kesepakatan yang memungkinkan Saddam menghancurkan orang-orang Kurdi.

Selama perang Iran-Irak 1980-1988, Masoud Barzani bersekutu dengan Partai Demokrat Kurdistan yang telah diwarisi dari ayahnya dengan Teheran. Tetapi hal itu tidak berjalan dengan baik. Sekitar 8.000 orang suku Barzani ditangkap dan diarak di Baghdad sebelum dieksekusi. Dalam kata-kata Saddam: “Mereka masuk neraka.”

Terlepas dari pembantaian tersebut, dan serangan kimia Irak, Barzani tetap memiliki cukup kekuatan tempur untuk menanggapi seruan Presiden George Bush agar melakukan sebuah pemberontakan selama Perang Teluk 1991.

Masoud Barzani muda

Mempercayai kata-kata Bush, orang-orang Kurdi bangkit melawan Saddam.  Barzani dan Peshmerga  yang dikenal sebagai “orang-orang yang menghadapi maut” – turun dari pegunungan untuk bergabung dalam pemberontakan dan merebut beberapa kota di utara.

Namun sekutu berkhianat dengan tidak melindungi Kurdi  dan tidak melakukan apapun untuk menghentikan pasukan Saddam dan helikopter tempur menghancurkan pemberontakan tersebut.

Sementara lebih dari satu juta orang Kurdi melarikan diri ke Turki dan Iran, banyak yang sekarat karena kelaparan dan keterpaparan saat bepergian, Barzani tetap bertahan.

Dia diselamatkan oleh zona larangan terbang Amerika  dan Inggris yang didirikan di utara pada tahun 1991 yang memungkinkan dia dan saingan Kurdi, Jalal Talabani, untuk merebut kembali daerah tersebut.

 

Kemudain muncullah periode terpanjang otonomi Kurdi dalam sejarah modern, namun ditandai oleh perang sipil antara Barzani dan Talabani’s Patriotic Union of Kurdistan pada pertengahan 1990an.

Barzani mengundang tank-tank pemerintah Irak ke wilayah tersebut pada tahun 1996 untuk merebut ibukota regional Erbil. Tidak hanya Talabani yang lari, namun puluhan personel CIA dan pegawai lokal mereka juga melarikan diri.

Talabani meninggal hampir seminggu setelah referendum bulan lalu. Mundurnya Barzani akan meninggalkan Kurdi  tidak memiliki arahan, dengan dua pemimpin utama mereka pergi.