Beberapa waktu lalu dilaporkan Amerika akan menempatkan pembom B-52 Stratofortress mereka dalam kesiapan serangan nuklir 24 jam. Dengan kata lain, ada bomber yang akan siap kapanpun terbang untuk melakukan serangan nuklir.
Pertanyaannya, seberapa cepat sebenarnya bomber-bomber Amerika segera melesat ke langit, terutama ketika sebuah rudal antarbenua lawan dipecat dan mengarah ke mereka?
Dalam dunia militer Amerika Serikat ada istilah yang dikenal sebagai Doomsday Scramble atau perang kiamat. Istilah ini digunakan ketika Angkatan Udara Amerika Serikat harus mengirimkan bomber nuklirnya secepat mungkin sebelum rudal balistik antar benua yang ditembakkan lawan dapat mencapai sasarannya.
Mengingat sebuah ICBM membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk mencapai targetnya, maka waktu yang ada tidak banyak. Dalam waktu yang singkat itu mungkin pangkalan udara akan hancur sebelum semua pesawat dengan kekuatan tempur penuh bisa diterbangkan.
Tetapi hal itu tidak sepenuhnya benar. Selama Perang Dingin, Strategic Air Command Amerika menghasilkan apa yang mereka sebut “Minimum Interval Take-Off” atau MITO.
Intinya, MITO adalah kecepatan gila yang terlatih dengan baik untuk membuat pesawat segera terbang. Mereka berangkat dengan kecepatan empat menit atau satu setiap lima belas detik. Hal ini dilakukan dengan sebuah “elepanth walkinggajah” – sebuah formasi khusus untuk bergerak ke landasan secara bersama-sama sebelum kemudian terbang dengan cepat.
Video di bawah ini berasal dari Global Thunder 17, sebuah latihan yang berlangsung Oktober 2016 lalu. Dimulai dengan banyak SUV dan pickup yang melaju seperti orang gila, begitulah cara Angkatan Udara membawa awak ke pesawat. Kemudian BUFF bergerak ke landasan pacu.
https://www.youtube.com/watch?v=XVdrZ1zig-0
Kemudian, satu per satu, pembom B-52H Stratofortress lepas landas. Tujuannya agar ICBM masuk membentur pangkalan kosong. Sejauh ini, cara ini hanya dilakukan dalam latihan, tapi kalau ‘hari kiamat’ itu datang, sepertinya Angkatan Udara Amerika mungkin siap untuk itu.