Pemimpin Kurdi Irak Masoud Barzani pada Minggu 29 Oktober 2017 mengkonfirmasi niatnya untuk mundur pada 1 November dan meminta parlemen untuk mengambil tindakan guna mengisi kekosongan kekuasaan presiden.
Parlemen wilayah tersebut, yang bertemu di ibukota Kurdi, Erbil, diberitahu bahwa Barzani telah mengirim sebuah surat yang mengatakan bahwa dia tidak akan memperpanjang masa jabatannya.
“Saya menolak untuk melanjutkan posisi presiden wilayah tersebut setelah 1 November,” kata surat Barzani, menurut sebuah tweet dari Fraksi Kurdistan. “Saya akan tetap sebagai Peshmerga [pejuang Kurdi].”
Ini adalah akhir perjuangan dari Barzani yang telah berpuluh-puluh tahun berjuang melepaskan Kurdi dari penindasan. Referendum 25 September 2017 lalu telah menghasilkan kemenangan besar untuk kemerdekaan, tetapi segera surut karena hampir tidak ada pihak luar yang mendukungnya.
Bahkan meski Kurdi telah berjuang keras bersama negara-negara tersebut dalam berbagai pertempuran dan perang.