Korea Utara menjadi sasaran berbagai tuduhan internasional. Kali ini negara tersebut dituduh Inggris mendalangi serangan virus WannaCray, yang merusak sistem komputer banyak perusahaan dan pemerintahan di dunia, termasuk Badan Kesehatan Nasional (NHS) negara tersebut.
Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan sangat yakin bahwa serangan meminta uang tebusan dari korban serangan virus tersebut didalangi kelompok negara asing.
“Korea Utara adalah negara yang kami yakini terlibat dalam serangan yang mengenai sistem kami itu,” kata Wallace kepada radio BBC.
“Kami sangat yakin akan hal itu. Saya tentu saja tidak bisa menjelaskan dengan rinci soal informasi intelejen yang kami dapatkan. Namun, peran Korea Utara sudah menjadi rahasia umum di masyarakat intelejen dan negara lain,” kata dia Jumat 27 Oktober 2017.
Virus WannaCry berhasil menginfeksi lebih dari 300.000 komputer di 150 negara hanya dalam waktu beberapa hari. Virus tersebut meminta uang tebusan, dengan nilai paling kecil sekitar lima juta rupiah, jika para korban ingin bisa mengakses kembali komputer mereka.
Banyak peneliti siber yang langsung menyimpulkan adanya potensi hubungan antara WannaCry dengan Korea Utara.
Di Inggris, lebih dari sepertiga dari 236 kantor cabang NHS telah menjadi korban dari WannaCry, demikian keterangan dari Kantor Audit Nasional Inggris pada Jumat dalam sebuah laporan mengenai serangan virus tersebut.
Lembaga itu mengatakan bahwa WannaCry sebetulnya merupakan serangan sederhana yang seharusnya bisa dicegah jika NHS memberlakukan keamanan komputer paling mendasar.
Tidak ada cabang NHS yang membayar uang tebusan, namun pemerintah setempat tidak mengetahui seberapa banyak kerugian yang diderita NHS akibat gangguan tersebut.
Sementara itu, Wallace mengatakan bahwa Inggris harus memperkuat upaya untuk mengamankan sistem siber mereka.
“Ini pelajaran berharga bagi kami, dari warga pribadi hingga pemerintahan dan lembaga besar. Kita harus berperan dalam memperketat keamanan jaringan siber,” kata dia.