Beberapa pilot angkatan udara Bulgaria menolak untuk menerbangkan jet MiG-29 buatan Soviet dalam sebuah latihan yang direncanakan. Alasannya, mereka meragukan masalah keamanan pesawat yang sudah ketinggalan zaman tersebut.
“Beberapa pilot dari Pangkalan Udara Graf Ignatievo tidak akan melakukan penerbangan pelatihan karena tidak aman,” kata Wakil Menteri Pertahanan Bulgaria Atanas Zapryanov sebagaimana dilaporkan Radio Free Europe Selasa 24 Oktober 2017.
Menurut Zapryanov pilot juga menyebutkan kekhawatiran mereka tentang kesiapsiagaan yang buruk karena kurangnya jam terbang. Namun Zapryanov bersikeras bahwa jet tersebut benar-benar layak terbang.
Bulgaria bergabung dengan NATO pada tahun 2004, namun sebagian besar peralatan militernya masih buatan Rusia.
Dari semula 16 armada, Angkatan Udara Bulgaria saat ini hanya memiliki tujuh MiG-29 yang layak terbang. Negara Balkan tersebut telah meluncurkan tender sebesar 770 juta euro untuk menggantinya dengan delapan jet tempur baru.
Sebenarnya Bulgaria pernah memutuskan untuk membeli jet Gripen buatan Swedia. Namun sebuah komite parlemen pada bulan Juni memveto keputusan itu, dan malah meminta proposal untuk membeli jet tempur F- 16 Amerika dan Eurofighter Typhoons.
Menteri Pertahanan Krasimir Karakadzhanow menuduh pilot pemboikot memulai kampanye bermotif politik. Dia menegaskan bahwa Bulgaria akan merenovasi semua MiG-29 dan sekitar 20 pesawat serang Su-25 buatan Rusia.
Kementerian tersebut baru-baru ini menerima empat mesin MiG-29 baru dan enam mesin lama yang dioverhaul dalam kesepakatan dengan Rusia, namun ada masalah dengan dokumen yang menjadikan penggunaan mesin itu tertunda.
Sebagai anggota NATO, Bulgaria memiliki kewajiban untuk menjaga setidaknya satu skuadron yang terdiri dari 12 pesawat dalam kondisi siap tempur.
Sejak Februari 2016, ketidakmampuan negara untuk melakukannya telah memaksa parlemen untuk memberi wewenang kepada NATO untuk membantu melindungi ruang udaranya.