Harapan untuk pembelian jet tempur Su-35 oleh Indonesia kembali muncul setelah Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan kesepakatan penjualan 11 jet tempur Rusia itu telah selesai dan tinggal ditandatangani November 2017 atau sekitar satu bulan lagi.
Menhan juga mengatakan Flanker-E yang dipesan Indonesia memiliki persenjataan lengkap. “Senjatanya lebih dari lengkap karena dapat pengurangan diskon, jadi ada tambahannya,” kata Ryamizard di Jakarta, Kamis 26 Oktober 2017. Namun tidak dijelaskan senjata apa yang dimaksud dan tambahan apa yang didapat.
“Sudah tinggal tanda tangan pada November siap. Semuanya itu Rp16 triliun,” tambah Ryamizard.
Menurutnya Rostec sudah melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan BUMN PT Perusahaan Perdagangan Indonesia terkait barter 11 pesawat Sukhoi Su-35 itu dengan sejumlah komoditas Indonesia
Artinya, Indonesia membeli Sukhoi dari Rusia, dan Rusia berkewajiban membeli sejumlah komoditas ekspor Indonesia. Persentase dalam pengadaan Su-35 ini yaitu 35 persen dalam bentuk offset dan 50 persen dalam bentuk imbal beli. Dengan demikian, Indonesia mendapatkan nilai ekspor sebesar US$570 juta dari US$1,14 miliar total nilai pengadaan.
Kapal Selam
Sementara itu terkait kapal selam asal Korea Selatan, Ryamizard mengaku memang masih ada masalah dalam alih teknologinya.
“Kapal selam Korsel sudah kita proses kemarin, tapi lambat karena kapalnya besar tapi baterainya kecil, itu [kapal selam] yang pertama. Tapi saya sudah langsung ke pabrik, di sana sedangkan untuk kapal selam kedua dan ketiga dilakukan di PT PAL,” ungkap Ryamizard.
Ryamizard mengatakan bahwa pemerintah masih belum akan menambah jumlah kapal selam lagi. “Kita lihat dulu kalau bagus tambah lagi, tidak mahal, yang mahal beli teknologi dan mendidik orang yang mahal,” ungkap Ryamizard sebagaimana dilaporkan Antara.