Kunjungan Menteri Pertahanan Amerika Jim Mattis ke Filipina minggu ini seharusnya menjadi waktu yang tepat karena negara tersebut baru saja merayakan kemenangan melawan kelompok militan di ISIS dengan bantuan yang cukup besar dari Amerika.
Namun saat Mattis datang telah ada lima kapal perang Rusia diparkir di luar Filipina dan Moskow juga secara resmi menyerahkan ribuan senapan serbu, satu juta peluru amunisi dan 20 truk pada militer Filipina.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte, dikenal dengan retorika anti-Amerika yang keras dan tidak merahasiakan rencananya untuk menumbuhkan hubungan dengan rival Amerika, Rusia dan China. Upaya tersebut nampaknya mulai berbuah.
Sebelum bertemu dengan Mattis pada Rabu 25 Oktober 2017, Duterte juga duduk bersama Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu sehari sebelumnya. Menteri Pertahanan Rusia dan Amerika secara bersamaan memang berkunjung ke Filipina untuk menghadiri sebuah pertemuan Menteri Pertahanan Asia. Shoigu menandatangani dua kesepakatan militer, termasuk pengadaan peralatan yang tidak ditentukan.
Pada Rabu 25 Oktober, Duterte dijadwalkan untuk mengunjungi kapal Rusia, Admiral Pantaleyev, berlabuh di Manila.
Foto-foto yang diunggah anggota forum MaxDefense Filipina, Justin Dupuis menunjukkkan truk-truk militer yang secara resmi telah diserahkan Rusia ke Filipina terlihat di Freeport Subic yang dibongkar dari kapal Rusia.
Menurut MaxDefense, truk ini adalah Ural-4320 yang merupakan kendaraan off-road 6 × 6 buatan Pabrik Otomotif Ural di Miass, Rusia. Kendaraan ini dibangun terutama untuk digunakan di tentara Rusia.
Truk-truk militer sebanyak 20 unit, dan 5.000 unit senapan dan amunisi Kalashnikov akan secara resmi diserahkan ke Departemen Pertahanan Nasional – Angkatan Bersenjata Filipina pada 25 Oktober 2017.
Duta Besar Amerika untuk Filipina Sung Kim tidak mengkhawatirkan sikap Duterte yang menyatakan akan pergi ke China dan Rusia dan meninggalkan Amerika.
“Saya tidak benar-benar terancam oleh anggapan bahwa China atau Rusia menyediakan beberapa peralatan militer ke Filipina,” kata Kim kepada wartawan yang sedang bepergian dengan Mattis.
“Kami telah menyediakan peralatan yang sangat penting ke Filipina selama bertahun-tahun. Fakta bahwa orang-orang China dan Rusia telah menyediakan beberapa senapan, saya tidak yakin benar-benar merupakan kekhawtiran bagi Amerika Serikat.”
Duterte yang sering mengucapkan kalimat kotor terhadap Amerika Serikat telah menjadi ciri khasnya selama kepresidenannya yang berusia satu tahun, dan dia telah mencela Washington karena memperlakukan negaranya “seperti seekor anjing,” terlepas dari bantuan Amerika yang telah berlangsung lama.
Meski begitu, retorika Duterte kerap tidak konsisten. Saat menyambut kedatangan Menteri Luar Negeri Amerika Rex Tillerson pada bulan Agustus, menyebut dirinya sebagai “teman rendah hati” Amerika Serikat pada saat itu.