Penjualan perlengkapan senjata dan militer Inggris ke Arab Saudi mencapai £ 1,1 miliar atau sekitar Rp19,5 triliun pada 2017 hanya dalam kurun waktu enam bulan pertama 2017 ini. Dalam tiga bulan terakhir, penjualan meningkat dengan drastic.
Statistik dari Departemen Perdagangan Internasional atau Department for International Trade (DIT) Inggris yang dikutip The Guardian Selasa 24 Oktober 2017 menunjukkan penjualan perangkat militer ke Arab Saudi mencapai £ 836 juta atau sekitar Rp14,8 triliun antara bulan April dan Juni. Angka ini naik dari £ 280 juta (sekitar Rp4,7 triliun) antara Januari dan Maret.
Arab Saudi – yang dikunjungi oleh perdana menteri Inggris, Theresa May, sebagai salah satu perjalanan pertamanya – telah membeli senjata termasuk rudal udara ke udara, komponen pesawat terbang dan senapan sniper. Penjualannya juga termasuk peralatan anti huru hara, perisai balistik dan pelindung tubuh.
Peningkatan drastis penjualan ini terjadi di tengah tekanan agar Inggris menghentikan penjualan senjata ke Arab karena tuduhan operasi militer di Yaman telah memunculkan banyak korban sipil.
Wakil Ketua Partai Demokrat Liberal, Jo Swinson, mengatakan tingginya penjualan senjata ini merupakan catatan memalukan perusahaan senjata dari sebuah konflik yang telah membunuh ribuan warga sipil dan menyebabkan jutaan orang kelaparan dan terserang penyakit.
Swinson mengatakan pemerintah harus segera menangguhkan penjualan senjata ke Saudi, seberapapun uang yang harus hilang. “Tidak ada pembenaran bagi Inggris untuk terus menjual miliaran pounsterling senjata ke Arab Saudi sementara mereka melanjutkan operasinya di Yaman,” tambahnya.
Sementara seorang juru bicara pemerintah mengatakan Pemerintah Inggris mengambil tanggung jawab pada ekspornya dengan sangat serius dan mengoperasikan kontrol ekspor yang paling kuat di dunia.
“Kami memeriksa secara ketat setiap aplikasi berdasarkan kasus per kasus terhadap kriteria ekspor gabungan EU dan nasional, dan telah menangguhkan atau mencabut izin saat tingkat risiko berubah.”