Pada akhir 1980-an, Uni Soviet mengklaim sebuah prestasi yang menurut banyak ahli militer tidak mungkin dilakukan. K-147, sebuah kapal selam bertenaga nuklir kelas Victor, diam-diam mengikuti jejak boomer Amerika (kemungkinan besar USS Simon Bolivar) dalam permainan di bawah air yang berlangsung selama enam hari.
Pengamat Amerika pada saat itu menganggap Soviet tidak memiliki teknologi untuk sonar yang efektif, setidaknya dibandingkan dengan kemampuan Amerika dan sekutu NATO-nya. Tetapi kini sebuah laporan CIA yang baru dibuka menunjukkan bagaimana kapal selam pemburu seperti K-147 melakukan misi rahasia untuk melacak kapal selam Amerika tanpa menggunakan sonar sama sekali.
Direktorat Sains dan Teknologi CIA menghasilkan laporan tentang Kemampuan Peperangan Antisubmarine Soviet pada tahun 1972, namun baru saja dibuka pada musim panas ini. Bahkan meski sudah 45 tahun, sejumlah paragraf, dan bahkan keseluruhan halaman tetap disensor.
Bagian panjang tentang teknologi Soviet yang sedang dikembangkan memberikan rincian yang sebelumnya tidak pernah diungkapkan tentang perangkat yang tidak memiliki padanan Barat. Sementara NATO memusatkan hampir semua usaha mereka pada sonar, orang-orang Rusia menciptakan sesuatu yang sepenuhnya lain.
Mengapa Sonar adalah Raja?
Air laut menghalangi gelombang radio. Jadi radar, meski efektif di permukaan, tidak berguna di bawah air. Sebaliknya dengan gelombang suara akan berjalan lebih baik melalui air daripada melalui udara, dan sejak awal Perang Dunia I, mereka berhasil menemukan kapal selam.
Sonar hadir dalam dua tipe dasar. Ada sonar aktif, yang mengirimkan ‘ping’ yang tercermin dari target, membuatnya menjadi versi radar bawah laut. Sonar pasif, di sisi lain, didasarkan pada perangkat pendengar yang sensitif yang dapat mendengarkan suara dari mesin atau baling-baling kapal selam dan tidak seperti sonar aktif, tidak akan memberi tahu posisi Anda. Bergantung pada kondisi, sonar bisa menemukan kapal selam dari beberapa mil jauhnya dan ke segala arah.
Amerika dan sekutu-sekutunya mengembangkan sistem sonar yang canggih, yang segera menjadi sangat efektif sehingga metode pendeteksian lainnya tertinggal atau terlupakan. Selama beberapa dekade, metode non-akustik dianggap inferior karena terbatas dalam jangkauan dan kehandalan dibandingkan dengan sonar.
“Tidak ada metode lain yang akan memungkinkan deteksi kapal selam pada rentang yang panjang,” tulis laporan intelijen 1974 itu.
Di Uni Soviet, itu adalah cerita yang berbeda. Soviet terhambat oleh elektronik kuno yang membuat mereka tidak bisa membuat sonar. Hingga akhirnya mereka mengembangkan alat deteksi kapal selam lain yang aneh.
NEXT: PAKU DAN CANGKIR DI KAPAL SELAM SOVIET
Teknologi SOKS Soviet
Metode yang disoroti dalam laporan tersebut adalah SOKS Soviet yang misterius, yang merupakan singkatan dari “System Obnarujenia Kilvaternovo Sleda” atau “wake object detection system.” Perangkat ini, dipasang di kapal selam serangan Rusia untuk melacak bekas yang ditinggal sebuah kapal selam. SOKS sebenarnya terlihat di foto kapal selam Rusia sebagai rangkaian paku dan cangkir yang terpasang pada sirip eksternal.
Klaim Soviet mengikuti kapal selam tanpa sonar terdengar seperti pukulan khas Rusia, tapi tanpa mengetahui bagaimana (atau apakah) SOKS bekerja, penilaian yang realistis tidak mungkin dilakukan.
Pentagon telah mengklasifikasikan seluruh bidang penelitian ini dan para ilmuwan sama sekali tidak membicarakannya. Rumor keluar dari Rusia tentang SOKS telah tidak konsisten dan sering kali kontradiktif, dengan beberapa mengatakan bahwa SOKS mengukur perubahan dalam kepadatan air, atau radiasi yang terdeteksi, atau bahkan menggunakan sensor laser.
Apa yang Barat tahu pasti adalah bahwa roda SOKS pertama kali muncul di K-14, kapal selam Kelas November, pada tahun 1969. Sejak saat itu, versi berikutnya dengan codenames seperti Colossus, Toucan, dan Bullfinch telah muncul di setiap generasi baru Soviet dan Rusia termasuk kelas Yasen.
Menurut dokumen-dokumen yang baru dibuka ini, ada rumor Soviet tidak hanya mengembangkan satu perangkat, tapi beberapa. Satu instrumen mengangkat “radionuklida aktivasi”, sebuah jejak samar yang ditinggalkan oleh radiasi dari pembangkit tenaga nuklir di kapal selam. Alat lainnya adalah “spektrometer sinar gamma” yang mendeteksi sejumlah elemen radioaktif dalam air laut.
“Soviet telah dilaporkan berhasil mendeteksi kapal selam nuklir mereka sendiri [beberapa kata disunting] dengan sistem semacam itu,” kata dokumen tersebut.
Laporan tersebut juga menjelaskan bagaimana kapal selam meninggalkan bahan kimia di belakangnya yang berasal dari zat yang digunakna untuk mencegah korosi. Jejak inilah yang kemudian dijadikan cara untuk melacak kapal selam. Jejak kimia ini hanya persepuluh bagian per miliar, namun peralatan canggih dapat menemukannya.
Dan seperti yang Anda duga, sebuah reaktor nuklir juga meninggalkan banyak panas. Menurut laporan tersebut, sebuah kapal selam nuklir besar membutuhkan “beberapa ribu galon pendingin per menit”. Air ini, yang digunakan untuk mengambil panas dari reactor dan suhnya bisa 10 derajat celcius lebih lebih hangat daripada air laut di sekitarnya yang dapat dideteksi dengan sistem gangguan optik. Dan Soviet mampu melakukan hal itu.
“Sistem lokalisasi berdasarkan teknik ini, yang mampu mendeteksi jejak sampai beberapa jam setelah kapal selam berlajar meninggalkan lokasi tersebut,” kata laporan tersebut, meskipun tidak diketahui pasti apakah Rusia telah benar-benar melakukannya.
Sumber: Popular Mechanics