Filipina pada Senin 23 Oktober 2017 secara resmi mengumumkan bahwa operasi militer untuk merebut Kota Marawi dinyatakan berakhir. Operasi militer selama lima bulan itu menjadi perang kota yang sengit dan menjadi krisis keamanan terbesar yang dialami negara tersebut dalam beberapa tahun terakhr.
Operasi tempur dihentikan setelah pasukan pemerintah mengambil posisi terakhir yang dikuasai kelompok bersenjata pemberontak yang bertahan di dalam beberapa bangunan di jantung Marawi, dan menolak untuk menyerah.
Mayat 40 dari pejuang dan dua istri mereka ditemukan pada hari Senin di dua bangunan dan sebuah masjid di zona pertempuran. Artileri dan tembakan otomatis masih beberapa kali terdengar pada hari Senin.
“Saat ini kami telah menghancurkan usaha paling serius untuk mengekspor ekstremisme dan radikalisme kekerasan di Filipina dan di kawasan ini, kami telah berkontribusi untuk mencegah penyebarannya di Asia,” kata Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana pada sebuah pertemuan menteri pertahanan regional sebagaimana dilaporkan Reuters.
Pihak berwenang mengatakan 920 gerilyawan, 165 tentara dan polisi dan setidaknya 45 warga sipil terbunuh dalam konflik tersebut. Selain itu lebih dari 300.000 orang mengungsi.
Pusat kota tepi danau yang indah tersebut sekarang penuh dengan reruntuhan karena pemboman berat dan pengeboman udara.
Juru bicara militer, Mayjen Restituto Padilla, memastikan masih ada tembakan, namun tidak ada lagi teroris.
Kolonel Romeo Brawner, wakil komandan satuan tugas di Marawi, mengatakan bahwa serangan telah dihentikan, namun tentara akan mengamankan kota tersebut dari pejuang militan yang mungkin masih hidup.
“Jika kita menemukannya dan mereka akan menyerang tentara kita atau bahkan warga sipil, maka kita harus membela diri,” katanya kepada wartawan.
Setelah berbulan-bulan mengalami kemajuan yang lamban, militer telah memperoleh keuntungan yang signifikan dalam merebut kembali Marawi dalam seminggu sejak Isnilon Hapilon, pemimpin ISIS di Asia Tenggara dan Omarkhayam Maute, seorang pemimpin kelompok militan Maute, terbunuh dalam operasi malam hari.
Presiden Rodrigo Duterte telah mengumumkan bahwa Kota Marawi dibebaskan enam hari yang lalu, meski pertempuran masih berlangsung. Padilla mengatakan bahwa sejak deklarasi tersebut tentara telah melawan musuh yang hancur akibat kehilangan kepemimpinannya. “Mereka tidak berbentuk, mereka tidak punya tempat untuk lari,” katanya.
Lorenzana mengatakan enam batalyon pasukan akan tetap berada di Marawi dan meskipun pertempuran telah dimenangkan. Dia mengucapkan terima kasih kepada Amerika Serikat, Australia, Singapura dan China karena telah memberikan dukungan teknis dan persenjataan, dan mengatakan bahwa konflik tersebut akan menjadi katalis bagi kerjasama internasional yang lebih dekat melawan ekstremisme.