Insiden yang membingungkan tersebut mengancam akan menyebabkan hubungan antara kedua negara dengan spanduk menyerukan pengusiran Duta Besar AS yang dipasang di sebuah jalan raya di Jakarta pada hari Senin 23 Oktober 2017 pagi.
Panglima TNI memang dikenal dengan beberapa pernyataan keras menyangkut luar negeri. Gatot beberapa kali berbicara tentang perang proxy yang mengancam Indonesia yang tentu saja dilakukan oleh negara lain.
Awal tahun 2017 ini Jenderal Gatot untuk sementara menangguhkan hubungan militer dengan Australia karena materi pengajaran dianggap menghina di pangkalan Angkatan Darat Perth.
Dia sebelumnya telah menimbulkan kekhawatiran tentang Marinir AS yang dirotasi ke Darwin yang menyiratkan bahwa mereka ada di sana untuk pengambilalihan Papua. Gatot juga sempat mengattakan agar Australia menghentikan upaya untuk mencoba merekrut perwira Indonesia sebagai mata-mata atau agen mereka.
Wakil Duta Besar Amerika untuk Indonesia Erin McKee mengulangi permintaan maaf Amerika setelah dipanggil untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada hari Senin pagi dan mengatakan bahwa sama sekali tidak ada masalah dengan Jenderal Gatot Nurmantyo untuk melakukan perjalanan ke Amerika.
“Kedutaan Besar bekerja sangat keras untuk memahami apa yang terjadi di sekitar kejadian ini dan kami berharap hal itu tidak akan terjadi lagi,” kata McKee dilaporkan the Sydne Morning Herald. “Kami sangat menyesalkan dengan ketidaknyamanan yang ditimbulkan insiden ini.”
McKee mengatakan Jenderal Gatot diundang ke sebuah konferensi ekstremisme yang melawan kekerasan di Washington atas undangan Jenderal Joseph Dunford, pejabat tertinggi militer Aerika. “Kami telah menyelesaikan masalah ini,” katanya.
Namun Ibu Retno mengatakan Indonesia terus menuntut penjelasan atas apa yang terjadi. “Saya menerima informasi bahwa situasinya telah teratasi namun saya mengatakan kepada mereka bahwa itu saja tidak cukup,” katanya.
“Bagi kami ini adalah isu penting, kami tidak hanya bekerja dari Jakarta dengan kedutaan mereka di sini. Kemarin saya berapa kali saya berbicara dengan Duta Besar RI di Washington untuk mencari klarifikasi mengenai apa yang terjadi.”