Pada akhir September 2017, foto-foto satelit menunjukkan bahwa Rusia telah menempatkan sistem rudal permukaan ke udara kedua mereka di Suriah.
Kabarnya, sistem ditempatkan tinggi di pegunungan dekat Masyaf, kurang dari 40 kilometer tenggara Lattakia, dan tepat di sebelah baterai sistem Bastion-P yang dilengkapi dengan rudal Oniks.
Bagi banyak pengamat asing, ini merupakan indikasi bahwa Rusia meningkatkan kehadiran mereka di Suriah yang secara langsung bisa mengancam operasi Amerika dan pesawat sekutu melawan ISIS.
Sebenarnya jika melihat lebih dekat pada foto satelit yang bersangkutan dan ditambah dengan tidak ada sejarah penyebaran SAM Rusia di Suriah sejak tahun 2015, mengungkapkan bahwa hal ini menunjukkan adanya masalah dengan sistem yang dipasang.
Awalnya selama intervensi Rusia di Suriah, pangkalan udara utama Rusia di negara ini yang ada di pangkalan udara Hmemmem dilindungi oleh kapal penjelajah rudal kelas Moskva (Moskow).
Dilengkapi dengan S-300F SAM alias SA-N-6 Grumble, varian navalized dari S-300 / SA-10 Grumble, kapal ini berada di lepas pantai Syria di Laut Mediterania.
Hal ini ternyata tidak memuaskan. Angkatan Laut Rusia tidak bisa mencegah Moskva di luar Suriah tanpa batas waktu.
Selanjutnya, serangan berulang terhadap pangkalan udara Hmemmem oleh sistem peluncur roket BM-21 yang dioperasikan oleh gerilyawan Suriah menunjukkan bahwa S-300SF Moskva sama sekali tidak memberikan perlindungan. Sejalan dengan itu, Rusia mengerahkan setidaknya satu baterai Pantsyr-S1 ( SA-22 Greyhound) pangkalan udara Hmemmem.
Pada bulan November 2015, setelah sebuah Su-24 Rusia ditembak jatuh oleh F-16 Turki, Moskow secara terbuka memerintahkan penggelaran S-400 / SA-21 ke Hmemmem.
Tapi jika melihat foto yang ada, sistem yang ditempatkan sebenarnya adalah S-350 – varian lanjutan dari S-300 / SA-10 Grumble yang digunakan untuk melawan rudal jelajah, pesawat dan rudal balistik dalam rentang pendek dan menengah.
Secara teori, kombinasi S-300 dan S-400 atau Panstsir S1 dan S-400 seharusnya bisa menyegel langit tidak hanya di atas Hmemmem, tapi juga di seluruh pesisir Syria di Laut Tengah. Namun, dalam operasional hal itu tidak terjadi.
Masalah utama S-350 atau S-400 yang dikerahkan di Hmemmem adalah medan. Pangkalan udara ini berada di pantai Laut Mediterania, kurang dari 10 kilometer sebelah barat Pegunungan Alawite, dan hanya 40 kilometer selatan Pegunungan Turkmen.
Sehebat apapun propaganda yang digunakan, hukum alam tetap berlaku untuk teknologi militer Rusia. Faktanya, bahkan radar paling canggih sekalipun tidak bisa melihat melalui pegunungan. Rantai pegunungan telah membatasi cakrawala radar SAM Rusia yang melindungi Hmemmem.
Karena topografi lokal ini, radar 91N6E Grave Stone milik S-400 tidak dapat melihat pesawat terbang pada ketinggian rendah dan menengah hanya 40 kilometer utara atau 15 kilometer di sebelah timur Hmemmem, bahkan jika dipasang di atas tiang setinggi 40 meter sekalipun.

Sementara pada akhir 2015 dan awal 2016, medan perang di Suriah utara mulai bergerak semakin jauh dari basis. Setidaknya secara berkala, ada ketegangan dengan Turki dan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya yang beroperasi di Suriah utara.
Hal ini menjadi semakin penting ketika pasukan darat Rusia terlibat dalam operasi tempur di daerah Aleppo. Tentunya, pasukan tersebut membutuhkan perlindungan dari kemungkinan serangan udara.
Pada bulan Desember 2015, rezim presiden Suriah Bashar Al Assad menempatkan masing-masing satu dari S-75M/SA-2 Guideline dan Buk / SA-17 di pangkalan udara Kweres di timur Aleppo.
Pada bulan Maret 2015, menjadi jelas bahwa Rusia telah menempatkan S-300/350/400 di daerah As Safira sekitar 30 kilometer tenggara Aleppo. Dengan ini, Rusia telah mengisi celah jangkauan radar mereka yang disebabkan oleh Pegunungan Alawite.
Namun, pada tanggal 6 April 2017, dua perusak Angkatan Laut Amerika menembakkan 59 rudal Tomahawk di markas Shayrat.
Dalam perjalanan mereka ke sasaran, sebagian besar rudal yang dimaksud melewati wilayah Tartous dan kemudian melalui apa yang disebut “Homs Gap” – sebuah depresi antara pegunungan di Suriah barat dan yang di Lebanon hanya 50 kilometer selatan Hmemmem. Meski begitu dekat, radar-radar Rusia gagal mendeteksi mereka.
Seperti yang dilaporkan pada bulan Mei 2017 ini, reaksi Rusia terhadap pengalaman ini adalah mengirimkan satu (kemudian menjadi dua) Airborne Early Warning System Myasichev A-50 ke Hmemmem, dengan maksud untuk memperluas dan memperbaiki jangkauan radar mereka.
Namun, angkatan udara Rusia hanya memiliki 17 pesawat berharga ini dalam kondisi operasional. Ini sudah terbebani dengan tugas mengendalikan ruang udara yang luas di atas Federasi Rusia.
Akhirnya, penempatan rudal jelajah Bastion-P di Suriah menuntut perbaikan sistem ini juga. Inilah alasan mengapa Rusia akhirnya menempatkan SA-21 kedua mereka di dekat Masyaf. Posisinya tinggi di pegunungan secara signifikan meningkatkan cakupan dataran rendahnya.

Rusia selalu mengklaim bahwa sistem seperti sistem rudal pertahanan udara mreka seperti S-300, S-400, ataupun Pantsir-S1 mampu mendeteksi dan melacak target target siluman. Namun, gambar satelit ini menunjukkan pernyataan yang berbeda. Foto-foto tersebut menggambarkan adanya radar jarak jauh P-14 / Tall King.
Sistem ini sudah sangat kuno karena dibangun era 1950 dan tidak lagi berfungsi dengan militer Rusia karena sehingga industri pertahanan mereka tidak dapat menyediakan suku cadang. P-14 yanga da ini dioperasikan oleh angkatan udara Suriah, dan terus beroperasi berkat upgrade dari Belarusia pada akhir tahun 2000an.
Berbeda dengan radar yang terkait dengan S-400, P-14 beroperasi pada panjang gelombang yang memberinya beberapa kemampuan untuk mendeteksi pesawat siluman.