Angkatan Darat Korea Selatan optimistis pihaknya akan segera menghancurkan sistem artileri garis depan Korea Utara jika terjadi perang di semenanjung tersebut.
Dalam sebuah laporan kepada Majelis Nasional yang disampaikan Kamis 19 Oktober 2017, Angkatan Darat Korea Selatan mempresentasikan konsep serangan rudal tiga tingkat pada tahap awal sebuah konflik bersenjata.
Senjata yang pertama kali dimobilisasi adalah rudal taktis permukaan ke permukaan, yang disebut KTSSM dan dikenal sebagai pembunuh artileri.
“KTSSM-I akan menyerang terowongan musuh dengan self-propelled howitzers 1,6 mm dan sistem peluncuran multi roket 240 mm,” katanya dalam laporan tersebut sebagaimana dilaporkan Korea Herald.
Sebagian besar peralatan artileri Utara, disamarkan dan disembunyikan di sepanjang zona demiliterisasi dan pantai pulau-pulau perbatasannya.
Dan laporan itu menambahkan KTSSM-II akan digunakan untuk membom fasilitas rudal SCUD dan peluncur roket 300 mm.
Angkatan Darat juga berencana untuk menembakkan rudal balistik Hyunmoo-II melawan sistem nuklir dan senjata pemusnah missal Utara serta unit pendukungnya.
Rudal kelas Hyunmoo milik Korea Selatan memiliki jangkauan hingga 800km, sementara Hyunmoo-III adalah rudal jelajah jarak jauh.
Untuk membunuh kepemimpinan Utara, Angkatan Darat berusaha mendapatkan rudal balistik yang lebih kuat, yang secara tentatif dinamai sebagai Hyunmoo-IV.
Seoul telah mencapai kesepakatan de facto dengan Washington untuk merevisi pedoman pengembangan rudal mereka sehingga dapat melipatgandakan muatan maksimum rudal balistiknya. Berdasarkan kesepakatan bilateral dengan Amerika yang direvisi pada tahun 2012, mereka dapat mengembangkan rudal balistik dengan jarak tempuh hingga 800km dan berat muatan sampai 500kg.
Pasukan bersenjata Korea Selatan mendorong sebuah platform pertahanan “tiga sumbu” yang lebih luas melawan ancaman dan provokasi Korea Utara. Tiga sumbu tersebut adalah Kill Chain pre-emptive strike system, Air and Missile Defense, dan skema Massive Punishment and Retaliation.