Setelah Kementerian Pertahanan Inggris mengumumkan 2017 untuk sebagai “tahun Angkatan Laut,” ada beberapa prestasi penting yang bisa dicapai. Salah satunya kapal induk HMS Queen Elizabeth untuk pertama kalinya berangkat ke laut dan dimulainya pembangunan sebuah frigat kelas baru.
Sayangnya, pemotongan personel dan kekurangan anggaran menjadikan mereka mungkin mempertimbangkan untuk mengorbankan kemampuan perang amfibi mereka untuk bisa membangun kapal induk baru. Tetapi jika ini dilakukan maka akan memunculkan pertanyaan tentang kemampuan Angkatan Laut Inggris untuk melakukan operasi independen berskala besar, terutama dengan kapal baru tersebut.
Pada 5 Oktober 2017, BBC melaporkan bahwa First Sea Lord Admiral Sir Philip Jones, perwira tertinggi Royal Navy, telah mengumpulkan berbagai pilihan untuk memotong biaya dan mengalihkan sumber daya.
Di antara tindakan yang mungkin dilakukan, adalah memangkas Marinir Inggris sekitar 1.000 personil, mempensiun kapal amfibi HMS Albion dan HMS Bulwark, dan menarik sepasang kapal pencari tambang yang lebih kecil dan sebuah kapal survey.
“Belum ada keputusan yang dibuat dan pada tahap ini,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan kepada banyak media Inggris, meskipun mereka tidak menyangkal bahwa Jones telah mengumpulkan daftar tersebut. “Setiap diskusi tentang pilihan itu adalah spekulasi murni.”
Nasib Albion dan Bulwark, bersamaan dengan kemungkinan pemangkasan 3 Brigade Komando Angkatan Laut Inggris, sejauh ini telah menarik banyak kritik dari para kritikus.
Dua kapal pendaratan itu baru mulai beroperasi pada awal tahun 2000an dan mewakili sebagian besar kemampuan amfibi Angkatan Laut Inggris. Yang lebih menyakitkan lagi, Albion baru saja menyelesaikan reparasi senilai 90 juta poundsterling atau hampir US$ 120 juta, pada bulan September 2017. Reperasi ini seharusnya memperpanjang masa pakainya sampai tahun 2030.
Satu-satunya kapal perang amfibi lainnya, pembawa helikopter HMS Ocean, akan menuju ke pensiun pada tahun 2018. Ada desas-desus bahwa Brasil tertarik untuk membeli kapal tersebut, namun Kementerian Pertahanan sejauh ini menolak untuk mengkonfirmasi atau menolak kabar tersebut.
Albion seharusnya mengambil alih peran HMS Ocean sampai kapal induk Queen Elizabeth mencapai kemampuan operasional awal pada 2020.
Tanpa Ocean, Albion, dan Bulwark, Marinir Inggris harus bergantung pada armada Auxiliary, sebuah kapal yang mirip dengan komando Sealift Militer Marinir Angkatan Laut Amerika. Sementara memangkas 1.000 personel Marinir dari 8.000 yang ada sekarang ini juga tidak akan membantu.
Pilihan lainnya adalah memanfaatkan HMS Queen Elizabeth, atau adiknya HMS Prince of Wales yang baru dibangun, dalam peran amfibi. Sesatu yang telah oleh Royal Navy yang akan direncanakan di masa depan, yang menggambarkan konfigurasi tersebut sebagai “manuver littoral. ”
Namun, kapal-kapal tersebut tidak dapat menjalankan tugas ini dan fungsi kapal induk sayap tetap secara bersamaan, karena setiap misi memerlukan sayap udara yang sama sekali berbeda. Karena tidak ada flattop yang memiliki dek dalam, sebuah masalah yang dimiliki Angkatan Laut Amerika dengan kapal amfibi Kelas Amerika mereka.
Isu-isu ini hanya bisa membatasi kemampuan kapal untuk mendukung operasi amfibi berskala besar, dan juga tersedia untuk misi tradisional kapal induk.
Tentu saja, ada perdebatan lama mengenai apakah operasi amfibi masih penting atau relevan untuk beroperasi di dunia yang semakin penuh dengan pertahanan udara dan jaringan rudal, rudal jelajah anti-kapal jarak jauh, dan pertahanan lainnya.
Apapun, ada banyak contoh di masa lalu di mana kapal amfibi militer telah menunjukkan pentingnya kemampuan ini, bahkan hanya untuk pendaratan administratif, baik selama operasi tempur maupun untuk mendukung upaya bantuan kemanusiaan.
Baru-baru ini, HMS Ocean penuh dengan bantuan dan helikopter untuk mendistribusikannya, telah menjadi bagian utama dari upaya bantuan Inggris di Karibia menyusul Badai Irma dan Maria. Angkatan Laut Amerika telah melakukan hal yang sama dengan mengirim kapal amfibi sendiri ke daerah tersebut.
Saat ini, Royal Navy bahkan tidak mengharapkan untuk membeli cukup banyak armada baru Type 26 untuk menggantikan Type 23 yang menua dalam jumlah yang sam. Ada rencana untuk menambahkan lima “general purpose frigates” Type 31E hingga delapan kapal kelas City, namun kapal-kapal dengan desainnya yang sangat kecil ini akan kurang mampu dan mungkin tidak cocok untuk pengawalan kapal induk.
Tetapi bahkan dengan seluruh armada kapal baru, tidak mungkin kapal-kapal itu akan pernah beroperasi bersama, jika hanya karena kebutuhan akan perawatan rutin dan upgrade. Kesulitan kesiapan dan kesulitan anggaran Royal Navy juga bisa berdampak di sana.
Pada Juli 2017, empat dari enam Type 45 dan sembilan dari 13 Type 23 ada di dermaga baik untuk menjalani perbaikan atau overhaul.